Ketidakpuasan kerja, polemik dan perselisihan karyawan dan pengusaha seakan-akan tidak berkesudahan. Bahkan berbagai kejadian telah menjadi sajian di masyarakat setiap harinya. Berbagai manifestasi ketidakpuasan pun beragam, dari pemogokan, tuntutan, perselisihan hingga tindakan-tindakan anarkis, yang membuat dunia usaha di Indonesia kian suram kedepannya
Di sisi lain perilaku ideal kewargaan organisasi (OCB) karyawan makin sulit dijumpai. Baik karyawan maupun pengusaha cenderung lebih mendahulukan kepentingan masing-masing dengan mengabaikan pihak lain.
Demikian disampaikan Dr Drs Hasan Oetomo SH SPsi MSi MBA saat menempuh ujian doktor bidang ilmu psikologi, di Sekolah Pascasarjana UGM, Selasa (13/11). Promovendus mempertahankan desertasi “Perilaku Ideal Kewargaan Organisasi Dan Kepuasan Kerja Karyawan Beserta Faktor Pengaruhnya†dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Asip F. Hadipranata dan kopromotor Prof Dr Djamaludin Ancok serta Prof Dr Faturochman MA.
Hasan Oetomo mengatakan, perolehan besaran serta pemahaman peran faktor lain seperti dukungan perusahaan (X3), kepemimpinan (X4), imbalan intrinsik (X5), imbalan ekstrinsik (X6), iklim psikologis (X7), keterlibatan kerja (X8), upaya kerja (X9), rasa keadilan (X10), yang berpengaruh terhadap OCB (X2) dan kepuasan kerja karyawan (X1), dibutuhkan semua pihak. Hasilnya, katanya, dapat digunakan untuk lebih memahami kondisi karyawan, merencanakan strategi pengembangan sumber daya manusia lebih baik, analisis permasalahan lebih akurat, pola pengembangan kerjasama, dan penyesuaian yang lebih efektif. OCB juga dapat dipergunakan untuk menilai sejauhmana hubungan industrial karyawan dan perusahaan, sebagai mitra usaha dan secara makro sebagai indikator psikologis tingkat kemakmuran bangsa.
Dari penelitian total populasi karyawan staf & supervisor ke atas dari 20 perusahaan di Jogja, Solo, Kediri, Semarang, Surabaya, Jember, Jakarta, Malang dan Denpasar terhadap 319 dari 415 responden, Hasan Oetomo menyimpulkan OCB tidak dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan variabel yang lain. Dalam kondisi yang wajar, kepuasan kerja karyawan juga faktor lain mempengaruhi OCB.
Menurut Hasan, kepuasan kerja hanya dipengaruhi oleh rasa keadilan saja, dan tidak dipengaruhi oleh faktor internal service yang lain. Meskipun kurang puas bekerja, namun responden merasa telah melakukan OCB.
“Berarti adanya cognitive disonance yang menjadi masalah responden. Masalah ini timbul karena kondisi ekonomi Indonesia belum kondusif, imbalan intrinsik rendah, dan lapangan kerja yang masih kurang memadai. Faktor rasa keadilan memiliki peran penting terhadap kepuasan kerja dan perlu untuk dikembangkan, namun imbalan ekstrinsik serta dukungan perusahaan masih dirasakan kurang,†ujar Hasan, yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Hasan Oetomo, lahir di Batu 16 Februari 1944 menyelesaikan pendidikan S1 Ekonomi tahun 1972 dari Universitas Airlangga Surabaya, S1 Hukum dari Universitas Surabaya tahun 1986, S2 (MBA) bidang General Management tahun 1989 dari Erasmus University Rotterdam The Netherlands. Ia juga menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi tahun 1994, S2 (MSi) Psikologi tahun 2001 dan S3 (Dr) bidang ekonomi tahun 2004 di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Selain mengajar, ia juga menjabat sebagai Komisaris PT Kharisma Suma Jaya Sakti, Jawa Timur, pendiri dan pengurus Yayasan Pendidikan Sekolah Mentari Kasih Surabaya. (Humas UGM).