
Sistem demokrasi dan politik di Indonesia sekarang ini dianggap berbiaya sangat mahal dan cenderung menguras uang negara. Penilaian tersebut tentu tidak salah karena hingga saat ini anggaran belanja negara masih menjadi satu-satunya sumber utama pendanaan politik.
Demikian disampaikan Prof. Dr. Mohammad Mohtar Mas’oed pada Puncak Peringatan Dies Natalis ke-35 Sekolah Pascasarjana UGM, Jumat (7/9). Guru Besar Fisipol UGM ini menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul Menjaga Kepercayaan Publik terhadap Demokrasi di Era Post-Truth.
“Di Indonesia ini tidak ada sumber dana politik yang besar kecuali APBN,” katanya.
Mengurai kondisi perpolitikan di negeri ini, Mochtar Mas’oed menyatakan hampir semua partai politik (parpol) tergantung dari dana APBN. Dengan sedikit bercanda, menurutnya, belum terlihat ada parpol yang melakukan urunan, sebagaimana yang terjadi pada lembaga-lembaga di tingkat RT (Rukun Tetangga).
Menurut Mochtar, secara umum terdapat tiga kualitas politisi. Pertama, passion, yang memberi semangat mengabdi untuk suatu tujuan. Kedua, a feeling of responsibility, mengejar tujuan dituntun oleh tanggung jawab. Sedangkan yang ketiga, a sense of proportion, yakni punya kemampuan menghadapi realitas dengan konsentrasi dan pikiran yang tenang serta kemampuan untuk “ambil-jarak” terhadap objek.
Lebih lanjut Mohtar Mas’oed menandaskan ketika publik yakin apa yang dikatakan politisi bukan hal yang sesungguhnya, mereka tidak tertarik mendengarkan atau menanggapinya. Artinya, publik kehilangan kepercayaan pada nilai democratic citizenship.
Rangkaian Puncak Peringatan Dies Natalis ke-35 Sekolah Pascasarjana UGM selain diisi orasi ilmiah, juga diserahkan berbagai hadiah untuk pemenang lomba dan pemotongan tumpeng sebagai bentuk rasa syukur. Dalam kesempatan itu, Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D., menyampaikan paparan seputar program-program yang telah dilaksanakan selama ini. (Humas UGM/ Agung)