Berawal dari sebuah ruang garasi rumah yang disulap menjadi kantor kecil, siapa sangka usaha yang dirintis oleh empat orang mahasiswa UGM di bidang inovasi hardware dengan bendera dagang Majapahittech membuahkan hasil manis. Berkat usaha bisnis yang sudah mereka geluti, tim mahasiswa ini berhasil menjadi juara 1 kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM) untuk kategori mahasiswa bidang usaha teknologi non digital pada final WMM di Malang, Jawa Timur, Sabtu (15/9) lalu. Tim Majapahitech berhasil menyisihkan 100 peserta lainnya dan berhak mendapat hadiah berupa modal usaha sebesar Rp100 juta rupiah.
Alwy Herfian, salah satu founder Majapahitech, mengatakan ia sangat bersyukur karena ide usaha mereka dalam bidang teknologi non digital bisa memenangkan kompetisi bisnis paling bergengsi di Indonesia. “Saya senang sekali kemenangan ini saya persembahkan untuk tim saya yang bernama Majapahitech yang telah berusaha keras sejak tahun 2016 membangun bisnis ini,” kata Alwy kepada wartawan, Senin (17/9).
Seperti diketahui, usaha bisnis jasa di bidang inovasi hardware dan sekarang sudah merambah bidang IoT (internet of things) dan AI (Artificial Intelegence) ini dirintis oleh empat orang pendiri yakni Alwy Herfian S, Tri Yunianta, Bruno Fandi Adi dan Arrijaal Habiburahman. Keempat mahasiswa ini mengawali bisnisnya dengan mengikuti kompetisi Innovative Academy (IA) yang diselenggarakan oleh UGM di tingkat kampus. Setelah dinyatakan lolos mereka mendapat pelatihan dan binaan dari universitas dengan mendatangkan mentor hingga pendanaan untuk operasional dan pengembangan. “Kami dulu berdiri di sebuah garasi rumah teman saya di daerah Godean tahun 2016 lalu. Kami terus berkembang hingga saat ini,” kenangnya.
Meski meraih penghargaan dalam kompetisi bisnis, Alwy mengatakan ia dan ketiga rekannya terus berkomitmen mengembangkan usaha bisnis yang mereka jalankan. “Kami akan terus melanjutkan bisnis, lebih produktif menghasilkan inovasi, dan memperlebar cangkupan mitra,” katanya.
Saat ditanya jumlah mitra mereka mengatakan sudah melakukan kerja sama bisnis sebanyak 8 mitra dengan nilai omset mencapai Rp1 miliar hingga akhir tahun ini. “Sudah jalan dengan kurang lebih 8 mitra, di akhir tahun ini diperkirakan nilai bisnis sampai 1 miliar” katanya.
Untuk memenangkan kompetisi WMM tidaklah mudah karena mereka harus mempresentasikan jenis usaha yang sudah mereka jalankan meski rata-rata masih duduk di bangku kuliah. Mahasiswa dari Fakultas FMIPA UGM ini menyebutkan beberapa hal yang menjadi tolak ukur penilaian dari dewan juri diantaranya kebaruan ide yang berprospek di masa depan, revenue bisnisnya, profil tim, dan cara mengelola tim. “Termasuk sudah bermitra dengan siapa saja dan cara mengatasi masalah,” tuturnya.
Saat ini usaha binis yang mereka rintis sudah memiliki sekitar 19 orang anggota yang kesehariannya membantu pengembangan usaha bisnis tersebut.
Dalam riwayat profil singkat Alwy, ia merupakan anak muda kelahiran Gunungkidul Yogyakarta. Anak pertama dari dua bersaudara ini, orang tuanya bekerja sebagai PNS. Ketika ia bercerita kepada orang tuanya akan merintis bisnis di bidang teknologi sempat mendapat penolakan dari kedua orang tua. “Pada awalnya mereka tidak mendukung saya bisnis, pinginnya ortu saya ngelanjutin PNS,” kenangnya.
Kendati demikian, kata Alwy, kedua orang tuanya mafhum dengan cita-cita anaknya yang ingin menjadi wirausaha. Meski Alwy mengaku ketertarikannya pada dunia IT dimulai pada empat tahun ini. “Saya baru suka IT di awal 2014. Tahun 2013 saya pada awalnya masuk salah satu jurusan di Teknik UGM. Kemudian di semester ke-2 saya dropout karena saya stres dan mencoba mencari jati diri saya. Tahun 2014 akhirnya saya masuk UGM lagi di Jurusan Elektronika agar bisa memperdalam bidang IT dan Hardware,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)