
Srikandi Sungai Indonesia (SSI) merupakan sebuah organisasi yang peduli tentang isu lingkungan sungai dengan para anggotanya adalah perempuan. SSI memiliki banyak kegiatan terkait isu sungai, seperti edukasi, kampanye, pelatihan dan pendampingan.
Organisasi ini berusaha merespons Sustainable Development Goals dan Education for Sustainable Development yang digagas bersama UNESCO dan International Women in River Network. SSI ingin menyiapkan perempuan dan anak di Indonesia agar siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 pada masa yang akan datang.
SSI didirikan oleh Prof. Dr. Suratman Worosuprojo, M.Sc., Kepala Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) Fakultas Geografi UGM, pada 2015 setelah diselenggarakannya Konferensi Sungai Indonesia. Pertama kali hadir, SSI hanya ada di Yogyakarta. Sekretariat SSI juga terdapat di KLMB UGM. Organisasi peduli sungai tersebut, saat ini telah tersebar di berbagai penjuru wilayah Indonesia dan terus bertambah.
Pada Selasa (2/10), organisasi tersebut telah sampai di Provinsi Papua. Hal itu setelah Srikandi Sungai Papua resmi mendeklarasikan diri dan diresmikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Pelantikan juga dilakukan di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Papua.
Tujuan didirikannya SSI Cabang Papua ini untuk meningkatkan kapasitas peran SSI sebagai bagian adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pengarusutamaan gender di lingkungan sungai. Selain itu, kegiatan ini bertujuan sebagai sarana awal penguatan jejaring SSI di Provinsi Papua dengan masyarakat, komunitas, pemerintah dan akademisi.
Yohana Yembise, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI yang hadir pada peresmian, menyatakan air juga berpengaruh pada kesehatan keluarga. Data yang dimiliki Kemen PPPA, menunjukkan bahwa sebesar 66 % anak-anak di Indonesia yang mengalami diare cenderung berasal dari keluarga yang melakukan buang air besar di sungai. Hal itu lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi.
Permasalahan ini berpengaruh pada potensi tumbuh kembang maksimal anak. Yohana berharap agar pegiat lingkungan SSI wilayah Papua menjadi garda depan untuk mengedukasi masyarakat sekitarnya agar sadar lingkungan sungai.
“Tidak adanya layanan air bersih dan sanitasi yang memadai juga dapat berpotensi menyebabkan perempuan dan anak-anak rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan. Misalnya, mereka yang buang air, mandi, atau mencuci di sungai. Oleh karena itu, partisipasi SSI ini mendukung pemeliharaan daerah aliran sungai agar tetap cantik, bersih dan indah, serta menguatkan peran perempuan dalam kegiatan produktif ekonomi,” jelas Menteri Yohana.
Peresmian Kampung ramah Anak dan Sungai Wardo sebagai Wardo Eco River Park juga dilakukan oleh SSI, dengan bekerja sama dengan UGM, Universitas Cendrawasih, Kemen PPPA, dan Pemda Biak Numfor. Hal itu ditandai dengan penyerahan Grand Plan dan peta wilayah. Grand Plan berisikan rencana wilayah sekitar aliran Sungai yang akan dibuat taman wisata air, area ramah perempuan dan anak, serta pendirian Sekolah SSI Papua.
Atas deklarasi SSI serta rencana pembangunan tadi, Pemerintah Daerah Biak menunjukkan komitmennya ketika acara berlangsung. Seluruh pimpinan OPD Pemda Biak menyatakan dukungannya kepada SSI Kabupaten Biak-Numfor. Bahkan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biak-Numfor secara khusus berkenan memberikan satu unit Kapal Fiber kepada SSI. (Humas UGM/Hakam)