Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) UGM pada hari Selasa, 3 Januari 2005 mengadakan Seminar Bulanan ke-35 dengan tema “Prospek Politik 2006â€. Dalam seminar tersebut hadir sebagai pembicara diantaranya Kepala Pustep UGM Drs. Revrisond Baswir, Akt, MBA, Dr. Fahmy Radhi, MBA (Anggota Pustep), dan Arie Sudjito, S.Sos (Sosiolog).
Dalam makalah berjudul “Prospek Ekonomi- Politik 2006â€, Drs. Revrisond Baswir, Akt, MBA mengatakan bahwa tahun 2005 patut dicatat sebagai tahun kemenangan bagi jaringan pemodal internasional. Hal itu setidak-setidaknya dapat disimak dari dua peristiwa sebagai berikut: (i) naiknya harga BBM sebanyak 2 kali dengan tingkat kenaikan sebesar rata-rata 140 persen, (ii) terlemparnya mantan Ketua Kadin Aburizal Bakrie dari kursi Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu (KIB ) jilid I, dan duduknya duet Budiono-Sri Mulyani Indrawati (B-SMI) sebagai Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan KIB Jilid II.
“Dengan kemenangan telak 2-0 jaringan pemodal internasional tersebut, bagaimana prospek ekonomi-politik Indonesia dalam tahun 2006 ini?“ tanya pak Revrisond.
Menurutnya, sangat tergantung pada reaksi balik rakyat banyak, khususnya kaum buruh, dan para pengusaha nasional terhadap kekalahan yang mereka alami. Sebagaimana diketahui, menyusul melambungnya biaya hidup, reaksi spontan kaum buruh adalah berupa mencuatnya tuntutan kenaikan upah. Di tengah-tengah kesulitan serupa yang tengah dialami oleh para pengusaha nasional, tuntutan tersebut tentu terasa cukup memberatkan. Alih-alih menaikkan upah, beberapa perusahaan bahkan tengah berancang-ancang untuk melakukan PHK.
Lebih lanjut pak Revrisond mengungkapkan, oleh sebab itu agar terhindar dari pembuatan keputusan yang kontra produktif, kaum buruh dan pengusaha nasional dituntut untuk melakukan kaji ulang terhadap strategi yang akan mereka lakukan dalam mengarungi tahun 2006. Perseteruan buruh majikan nasional hanya akan menjadi lahan empuk bagi jaringan pemodal internasional untuk semakin memperdalam penetrasi mereka. “Lebih-lebih bila hal itu difasilitasi oleh pemerintah dengan menggenjot pelaksanaan privatisasi BUMN dan menyusun kebijakan perburuhan yang represifâ€, terang pak Revrisond.
Pak Revrisond juga menambahkan, agar terhindar dari kemungkinan buruk tersebut, kaum buruh dan pengusaha nasional dituntut untuk tidak hanya memikirkan strategi penyelamatan diri mereka masing-masing. Agar kekalahan telak tahun 2005 tidak terulang kembali dalam tahun 2006 ini, kaum buruh dan pengusaha nasional dituntut untuk melakukan konsolidasi dalam mempertahankan dan menyelamatkan perekonomian nasional dari dominasi para pemodal internasional. “Prospek ekonomi-politik Indonesia tahun 2006 sangat tergantung pada keberhasilan proses konsolidasi tersebut. “Kaum buruh dan pengusaha nasional bersatulah!â€, tegas pak Revrisond. (Humas UGM)