Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM berkomitmen mengembangkan pelatihan peningkatan kapasitas SDM terkait manajemen tanggap darurat bencana yang diharapkan dapat menjadi salah satu nilai tambah dalam peningkatan kapasitas lembaga dalam merespons kondisi wilayah yang rawan terkena bencana. Hal itu dikemukakan oleh Dekan Sekolah SPs UGM, Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D., kepada wartawan usai pembukaan International Seminar on Coordination in Emergency Response Management, Senin (15/10) di ruang seminar SPs UGM.
Menurut Siti Malkamah proses peningkatan kapasitas dapat dilaksanakan melalui sistem kerja sama antar pemangku kepentingan, guna optimalisasi kompetensi, menumbuhkan akses dan kemitraan yang meluas. “Nantinya kita harapkan dapat meningkatkan komitmen terhadap ketahanan bencana untuk saling berbagi tentang keilmuan, praktik, peralatan maupun keahlian,” katanya.
Ia menambahkan SPs UGM memiliki Prodi Magister Manajemen bencana yang bisa dijadikan rujukan dalam pengelolaan manajemen bencana untuk berbagai institusi yang berkaitan dengan penanganan dampak masalah bencana. “Kita berupaya mendorong peningkatkan kapasitas SDM agar setiap tahap proses penanganan masa tanggap darurat, rekonstruksi dan rehabilitasi berlangsung lebih cepat dan lebih baik,” katanya.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Brigadir Jenderal Nugroho Budi Wiryanto, mengatakan wilayah Indonesia tidak lepas dari bencana dikarenakan berada di ring of fire Asia Pasifik. Bahkan, dua kejadian bencana yang tidak jauh berselang, bencana gempa di Lombok dan gempa disertai tsunai di Palu dan Donggala menyebabkan banyak masyarakat yang terkena dampak bencana tersebut. "Di lombok mengakibatkan 400-an orang meninggal dan 350 ribu orang mengungsi, sementara di Palu dan Donggala hingga kemarin jumlah korban mencapai 2000-an lebih dan kemungkinan bertambah lagi,” ujarnya.
Ia menuturkan pihak Basarnas memberikan bantuan dalam penanganan bencana sejak dari awal. Namun begitu, peningkatan kapasitas Basarnas tetap diperlukan. “Sebagai lembaga emergency response, Basarnas harus mampu menjawab tantangan masa depan dalam meningkatkan kapasitas urban SAR,” katanya.
Dalam kesemptan tersebut, Budi mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh SPS UGM dengan menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas para relawan dan anggota berbagai lembaga yang membantu penanganan bencana baik dari tingkat nasional dan internasional. “Melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan metodologi tanggap bencana sesuai standar internasional bagi para peserta,” katanya.
Menurutnya, kursus pencarian pertolongan sesuai dengan metodologi internasional perlu digalakkan. Untuk itu, ia pun berharap UGM mampu menyelenggarakan program tersebut untuk masa mendatang. “Kita mengharapkan SPs lebih aktif dalam pengembangan metodologi tersebut,” ujarnya
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Biwara Yuswantana, mengatakan meski berbagai wilayah Indonesia sering terkena bencana gempa dan tsunami, namun proses penanganan bencana berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lain. “Setiap bencana gempa, kasus dan persoalan selalu beda sehingga pendekatannya berbeda dalam soal penanganan,” katanya.
Menurutnya, melihat pengalaman pemerintah dalam penanganan kondisi pasca bencana di Lombok dan Sulawesi Tengah maka perlu dilakukan penguatan kerja sama untuk melakukan sinergi antar pemerintah daerah. “Kegiatan semacam ini bisa meningkatkan kapasitas daerah dan potensi bersama dalam merespons peristiwa alam,”ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)