Direktur Utama Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perindo), Risyanto Suanda, menyebutkan Indonesia memiliki potensi bidang perikanan yang cukup besar. Terlebih dengan tiga perempat wilayahnya berupa lautan dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia.
“Potensi perikanan Indonesia cukup besar mencapai 65 juta ton per tahun,” jelasnya di Grha Sabha Pramana UGM, Selasa (23/10).
Sementara produksi perikanan yang dihasilkan baru sebesar 33,4 juta ton yang terdiri dari 24 juta ton hasil budi daya dan 9,4 juta ton hasil tangkapan.
Risyanto mengatakan potensi perikanan yang besar tersebut tidak akan secara otomatis menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kaya.
“Potensi itu akan menjadikan kita kaya jika mampu memanfaatkan dan menjualnya dengan harga pantas,” jelas alumnus Departemen Perikanan UGM ini.
Sektor perikanan, kata dia, juga belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDB baru sebanyak 3 persen, sementara di tahun 2019 mendatang sektor ini ditargetkan bisa naik di angka 12 persen. Salah satu penyebabnya dikarenakan peranan terhadap ekspor relatif masih kecil dibandingkan dengan produksi, penjualan dan ekspor nasional.
“Oleh sebab itu, seluruh stakeholder perikanan harus bersinergi untuk mengoptimalkan potensi, menangkap peluang, dan menumbuhkan pasar bisnis perikanan di level nasional maupun internasional,” ujarnya.
Di hadapan ribuan calon wisudawan program pascasarjana UGM, dia pun berharap nantinya para alumni UGM dapat memberikan sumbangsih bagi masyarakat, bangsa dan negara, termasuk di sektor perikanan.
Hal serupa turut disampaikan Direktur Perdagangan Dalam Negeri PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia, Anton Mart Irianto. Para alumni UGM diharapkan nantinya dapat menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan bangsa di era persaingan global saat ini.
Anton menyampaikan bahwa saat ini Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan sekaligus peluang perdagangan di era global. Produsen lokal menghadapi persaingan yang cukup besar di era global sehingga wajib bertransformasi untuk bisa bertahan dan memanfaatkan pasar yang lebih jelas.
Sementara di sisi lain terdapat peluang peningkatan kapasitas UKM. Menurutnya, UKM penting karena menjadi sektor pasar yang mampu bertahan dalam krisis. Selain itu, UKM merupakan bentuk dari ekonomi kerakyatan. Kendati begitu, UKM di Indonesia kurang memiliki keunggulan kompetitif karena minim inovasi produk, kepemilikan teknologi, serta kepemilikan Iptek.
“Persoalan ini semestinya juga turut dipikirkan oleh alumni UGM bagaimana solusi untuk mengatasinya,”katanya. (Humas UGm/Ika: foto:Firsto)