Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno M.Agr., mengatakan Universitas Gadjah Mada harus mampu menjadi universitas yang adaptif dan inovatif dalam menghadapi perubahan seiring perkembangan revolusi industri 4.0. Menurutnya, apabila UGM resisten terhadap perubahan itu maka tertinggal dengan perguruan tinggi yang lain, bahkan hanya akan terjebak pada romantisme masa lalu. “UGM harus adaptif dengan perubahan dan jangan resisten, tantangan perguruan tinggi ke depan lebih kompleks,” kata Djagal saat membuka Seminar Tech Day di Hall Perpustakaan, Sekolah Vokasi UGM, Kamis (25/10).
Menurut Djagal, UGM mau tidak mau harus mengantisipasi terhadap apa yang telah diprediksi para ahli pendidikan bahwa nantinya ada masa di saat universitas tidak diperlukan oleh anak muda, sebab semua keterampilan yang dibutuhkan sudah ada di dalam dunia digital yang bisa diakses gratis. “Ahli pendidikan meramalkan kita akan mengalami zaman matinya universitas karena kampus tidak menarik lagi untuk mendapatkan kompetensi tertentu, mereka bisa dapat tutorial di youtube, misalnya. Lalu, perusahaan besar tidak lagi memandang lulusan dari mana, bila kompeten, ayo, ikut kami,” kata Djagal.
Dikatakan Djagal sebuah universitas perlu memandang tentang pentingnya pendidikan keterampilan untuk meningkatkan kompetensi lulusan. Ia pun mengapresiasi apa yang dilakukan Sekolah Vokasi UGM yang telah bekerja sama dengan Huawei untuk meningkatkan keterampilan mahasiswanya. “Keterampilan tidak kalah penting dengan keilmuan. Sudah banyak negara barat beralih ke jalur keterampilan,” ujarnya.
Perguruan tinggi, menurut Djagal, harus mampu bergandengan tangan dengan industri untuk mengembangkan keterampilan para mahasiswa. “Perguruan tinggi tidak bisa berdiri sendiri, sebab tantangannya sangat berat dan apa yang dilakukan Sekolah Vokasi dan Huawei sangat diperlukan di era revolusi industri 4.0, ” katanya
Wakil Presiden Huawei, Yuan Ming, mengatakan pihaknya berkomitmen untuk terus melanjutkan kerja sama dengan UGM. Perusahaan asal Cina yang berdiri tahun 2000 ini mengembangkan produksi smartphone, infrastruktur jaringan hingga layanan big data. “Kita berencana mengeluarkan smartphone yang menggunakan teknologi 5G meski di Indonesia teknologi 4G sudah berjalan tiga tahun belakangan ini,” katanya.
Menurutnya, produk generasi ponsel terus dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan para generasi baru yang memerlukan produk dan teknologi mutakhir. “Di masa depan kita juga terus berinovasi mengikuti kemauan generasi baru dan teknologi yang lebih baru pula,” katanya.
Seperti diketahui, perusahaan global ini memiliik 180 ribu karyawan yang tersebar di 170 negara dan 80 persen karyawannya bekerja pada bidang riset dan pengembangan menyesuaikan dengan kompetensi SDM masing-masing negara. Di Indonesia perusahaan ini mempekerjakan sekitan 2000 karyawan dan 86 persennya merupakan pekerja lokal.(Humas UGM/Gusti Grehenson)