• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Konsep Jangka Benah Solusi Sawit di Tengah Hutan

Konsep Jangka Benah Solusi Sawit di Tengah Hutan

  • 25 Oktober 2018, 16:06 WIB
  • Oleh: Agung
  • 3554
Konsep Jangka Benah Solusi Sawit Di Tengah Hutan

Perkebunan sawit masih menjadi isu menarik di tengah masyarakat. Keberadaannya masih menjadi pro dan kontra bagi banyak pihak.

Terlebih kebun sawit diduga menimbulkan banyak persoalan-persoalan lingkungan. Dari berbagai pemberitaan keberadaan kebun sawit  menyebabkan kerugian dari berbagai aspek.

Salah satunya sebagai biodiversitas,. Sawit dianggap penyebab kepunahan berbagai spesies, seperti orang utan dan sebagainya. Ia juga dianggap sebagai penyebab bencana hidrometrologis.

Sebagai lahan monokultur sawit dianggap sebagai penyebab banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Sawit juga dianggap penyebab utama terjadinya kabakaran hutan dan asap yang meluas sehingga mengganggu negara tetangga

“Ada banyak yang mendukung pernyataan tersebut. Untuk itu, kami Fakultas Kehutanan UGM menawarkan solusi untuk itu dan kami hanya membatasi pada 2,8 juta hektare lahan sawit di dalam hutan. Kami tim membatasi tidak seluruh sawit yang ada di Indonesia yang berjumlah kurang lebih 14 juta hektare”, ujar Dr. Hero Marhaento, di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM, Kamis (25/10) pada Seminar Nasional Research Update Fakultas Kehutanan UGM tahun 2018.

Menurut Hero Marhaento isu soal sawit menjadikannya tidak hanya dibahas di tingkat nasional, namun global. Bahkan, sawit menjadi isu geopolitik yang menyebabkan berbagai negara Uni Eropa menolak produk-produk dari negara-negara yang tidak mendukung pembangunan berkelanjutan.

Bahkan, katanya, sawit dianggap sebagai salah satu penyebab deforestasi sehingga sempat muncul gagasan menjadikan sawit sebagai salah satu tanaman hutan. Hanya saja, muncul pertanyaan apakah dengan hanya merubah status sawit sebagai komoditas kehutanan kemudian persoalan selesai semuanya.

“Tentu tidak semudah itu, nah dalam diskusi-diskusi yang kami lakukan ada beberapa macam solusi yang ditawarkan," ucap dosen Fakultas Kehutanan UGM.

Hero menandaskan kondisi 2,8 juta hektare kebun sawit berada di dalam kawasan hutan adalah fakta. Kondisi tersebut tentu tidak bisa hanya dibiarkan tetapi harus diselesaikan.

Upaya penegakkan hukum pun sudah dilakukan dengan tegas. Sayangnya, dengan cara ini menyebabkan terjadinya konflik dimana-mana. Oleh sebab itu, Fakultas Kehutanan UGM menawarkan konsep Jangka Benah.

“Konsep ini adalah konsep pengelolaan hutan khususnya pada pengelolaan hutan produksi di Jawa Tengah pada pertengahan abad XX. Jangka Benah merupakan periode pengaturan tegakan hutan untuk mengembalikan stok tegakan hutan menjadi seperti stok tegakan hutan normal," katanya.

Bentukan kebun campuran ini, kata Hero, sebagai opsi karena beberapa hal. Peluang untuk diterima masyarakat sangat tinggi, meningkatkan resiliensi pendapatan petani dan masyarakat memiliki hak untuk mengelola lahan dan meningkatkan fungsi ekosistem hutan secara keseluruhan.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi, mengatakan Seminar Nasional Research Update Fakultas Kehutanan UGM tahun 2018 merupakan forum ilmiah untuk meramaikan dies ke-55 Fakultas Kehutanan UGM. Berbagai hasil riset dan pengabdian masyarakat para peneliti maupun non peneliti disajikan dalam kegiatan ini.

“Tema Menuju Kejayaan Kehutanan Indonesia memang sengaja dipilih karena selama dua dekade atau 20 tahun terakhir kondisi kehutanan secara umum sedang menurun, terutama sejak era reformasi. Ini  tentunya terkait bagaimana interaksi antara manusia dengan hutan atau manusia dengan lingkungannya," kata Dekan.

Oleh karena itu, perkembangan hasil-hasil riset dan pengabdian pada masyarakat selama 20 tahun terakhir diharapkan menjadi pijakan untuk bergerak maju kembali atau bangkit menuju kejayaan kehutanan Indonesia ke depan. Dengan berbagai kemajuan di bidang teknologi dan informasi diharapkan sivitas akademika Fakultas Kehutanan UGM bisa menyesuaikannya.

“Apa yang kita diskusikan sedikit banyak terkait dengan masa depan kehutanan menghadapi 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045. Banyak hal yang berbeda sejak mengalami masa-masa keprihatinan tersebut sehingga saat inilah kita bisa mengusulkan berbagai opsi sebagai bagian dari kebijakan pemerintah di bidang kehutanan," imbuhnya.

Beberapa pembicara hadir dalam seminar ini, antara lain Dr. Ani Adiwinata Nawir (CIFOR), Dr. Marc Peeters (Bambu Nusa Verde) dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Na'iem, M.Agr.Sc. (Fakultas Kehutanan UGM) (Humas UGM/ Agung)

 

Berita Terkait

  • Konsep Jangka Benah Solusi Sawit di Tengah Hutan

    Thursday,25 October 2018 - 16:06
  • UGM Tawarkan Rekomendasi Atasi Polemik Tanaman Sawit di Kawasan Hutan

    Friday,19 October 2018 - 15:18
  • Dies Natalis ke-55, Fakultas Kehutanan Tingkatkan Kontribusi Wujudkan Kejayaan Kehutanan Indonesia

    Friday,26 October 2018 - 13:04
  • Pesan Presiden Jokowi di Dies Natalis ke-57 Fakultas Kehutanan UGM

    Friday,23 October 2020 - 13:38
  • Pemerintah Harus Tegas Tindak Pembakar Hutan

    Thursday,08 October 2015 - 8:53

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual