
Penyakit tropis berpotensi menjadi epidemi global dan diprediksi akan terus meluas akibat perubahan iklim, termasuk yang disebabkan virus. Mengeksplorasi bahan aktif yang tersedia di alam menjadi salah satu solusi untuk mengatasi penyakit tropis akibat virus.
Hal tersebut mengemuka dalam Focus Grop Discussion Group (FGD) Potensi Flora dan Fauna Khas Indoensia Sebagai Antivirus di Fakultas Biologi UGM, Senin (5/11) lalu. FGD digelar tim Biovir Fakultas Biologi UGM ini ditujukan sebagai wahana menggali informasi lebih mendalam tentang flora dan fauna khas Indonesia yang berpotensi sebagai antivirus dan langkah lanjutan untuk penyusunan database flora dan fauna berpotensi antivirus di Indonesia.
Kegiatan tersebut mendatangkan narasumber dari berbagai instansi, seperti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat-Obatan Tradisional (B2P2TOOT Tawangmangu), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Balai Besar Riset dan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP), serta dihadiri oleh dosen dan Kepala Laboratorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Dr. Ir. Yuli Widiastuti, M.P., dari B2P2TOOT menyebutkan bahwa selama ini penelitian tentang tumbuhan khusus untuk antivirus di Indonesia belum dilakukan. Oleh sebab itu, dia berharap ada upaya penyusunan database tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus, termasuk oleh tim Biovir UGM.
Yuli mengatakan dalam pengerjaan database tidak perlu menunggu sampai data terkumpul semua. Namun, bisa segera dimulai meskipun baru mendapatkan nama spesies. Dalam penyusunannya dilakukan melalui kerja sama dengan instansi atau balai penelitian terkait untuk meminimalkan redudansi data.
“Selain itu, juga dengan memanfaatkan pengetahuan etnomedisin dari masyarakat dalam pengambilan sampel,” tuturnya.
Besarnya potensi fauna laut sebagai antivirus turut disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc., dari KKP. Dia menyebutkan terdapat spesies laut yang memiliki kandungan senyawa dalam tubuhnya yang dapat berfungsi sebagai antivirus. Beberapa diantaranya seperti teripang dan amikroalgi yang diketahui memiliki senyawa Lectin untuk antivirus.
Sementara R. Tedjo Sasmono, Ph.D dari Lembaga Penelitian Eijkman menyampaikan perlunya pengendalian virus sebelum memulai penelitian. Virus yang akan dikendalikan hendaknya lebih dispesifikasikan dan diketahui karakternya lebih mendalam.
Studi terkait etnis atau suku dari tumbuhan yang digunakan sebagai antivirus turut disinggung oleh Triwibowo Ambar Garjito, S.Si, M.Kes., dari B2P2RSV. Menurutnya, studi tersebut perlu dilakukan sebab terdapat kasus pada dua suku yang berbeda tingkat keparahan suatu penyakit juga berbeda.
Perwakilan Tim Biovir UGM, Prof. Dr. Purnomo, M.S., menyampaikan saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa instansi dan mengumpulkan berbagai jenis tumbuhan berkhasiat sebagai antivirus. Sebagian besar diantaranya merupakan tumbuhan yang berasal dari Famili Zingeberaceae. (Humas UGM/Ika)