
Tanggal 10 November setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang peristiwa pertempuran di Surabaya 73 tahun silam yang merupakan perang fisik pertama setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Memperingati hari bersejarah ini, segenap sivitas akademika UGM mengikuti upacara bendera pada Senin (12/11) di Halaman Gedung Pusat UGM.
“Di bulan November ingatan kolektif bangsa akan tertuju pada keberanian, semangat pantang menyerah, serta pengorbanan tanpa pamrih dari para pahlawan yang telah gugur mendahului kita. Beliau semua telah mewariskan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk terus kita jaga agar tetap kokoh berdiri,” tutur Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., yang bertindak sebagai pembina upacara.
Panut menuturkan, peringatan Hari Pahlawan bukan hanya menjadi momentum untuk mengenang jasa para pahlawan, namun juga menjadi momentum untuk melakukan introspeksi atas kontribusi yang telah diberikan pada bangsa ini serta memunculkan semangat baru dalam implementasi nilai-nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam setiap peringatan Hari Pahlawan, pemerintah menetapkan beberapa tokoh pejuang sebagai pahlawan nasional. UGM sendiri beberapa waktu yang lalu telah mengusulkan Rektor pertama UGM, Prof. Sardjito, agar dapat diangkat sebagai pahlawan nasional. Namun, dalam pengumuman pahlawan nasional yang dirilis oleh pemerintah beberapa waktu yang lalu, Sardjito belum termasuk pejuang yang diangkat sebagai pahlawan nasional.
“Hal ini tentu saja tidak menyurutkan semangat kita untuk terus meneladani beliau. Bagi seluruh keluarga besar UGM, Prof. Sardjito tetap seorang pahlawan. Beliau adalah seorang ilmuwan pejuang dan pejuang ilmuwan yang sejati,” ucapnya.
Sardjito selama hidupnya dikenal sebagai pribadi yang konsisten mengembangkan ilmu pengetahuan, di antaranya dengan penemuan obat batu ginjal dan obat penurun kolesterol, vaksin anti penyakit infeksi untuk tifus, kolera, disentri, dan lain-lain. Ia juga mendirikan rumah sakit yang berlokasi di Sendang Klaten, yang merawat banyak pemuda pejuang yang menjadi korban keganasan tentara Belanda.
Panut menambahkan, Sardjito adalah sosok yang memiliki peran dan sumbangsih dalam masa merebut, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan dan ia memiliki nilai keteladanan dan pemikiran yang harus selalu dijaga.
“Atas jasa, perjuangan, dan pengorbanan beliau di sepanjang hidupnya itu, sangat patut beliau menjadi pahlawan, panutan, dan teladan bagi kita semua,” kata Panut.
Selaras dengan tema Hari Pahlawan tahun ini yaitu “Semangat Pahlawan Di Dadaku” ia mengingatkan sivitas akademika UGM untuk terus menjaga dan mengobarkan semangat Prof. Sardjito dan juga pahlawan-pahlawan yang lain, untuk terus semangat berkarya, mengoptimalkan kapasitas, bergandengan tangan, serta bahu-membahu untuk mencapai negara Republik Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)