Gedung B Fakultas Biologi UGM menjadi Green Building pertama di kampus UGM. Gedung B Fakultas Biologi UGM yang mulai beroperasi pada 2017 ini mendapatkan Sertifikat Green Building dari Green Building Council Indonesia – EDGE (Excellence In Design For Greater Efficiencies) sebagai sistem sertifikasi bangunan hijau yang dikembangkan oleh IFC (International Finance Corporation).
Sertifikat Green Building dari Green Building Council Indonesia – EDGE (Excellence In Design For Greater Efficiencies) telah diserahkan pada penyelenggaraan Dies ke-63 Fakultas Biologi UGM bulan September 2018 lalu. Penyerahan sertifikat EDGE disampaikan Gandi Sulistiyanto, Managing Direktur PT. Sinar Mas Group, kepada Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.
“Sertifikasi Green Building ini menjadi momentum bagi kita untuk menjaga semangat dalam mendorong dan mengembangkan Gedung B sebagai salah satu Pusat Riset Biodiversitas Tropika di Indonesia sekaligus menjadi model Pemanfaatan dan Pengelolaan Gedung dengan konsep Eco and Edu Green,” kata Budi Daryono, di Fakultas Biologi UGM, Selasa (13/11).
Gedung B (Gedung Sinar mas) Fakultas Biologi UGM memiliki luas lebih dari 5.800 m2 yang terdiri atas 5 lantai dan diantaranya berisikan 3 ruang kelas, laboratorium sistematika tumbuhan, laboratorium fisiologi tumbuhan, laboratorium mikroteknik tumbuhan, laboratorium taksonomi tumbuhan, laboratorium biologi umum, teaching laboratorium, perpustakaan dan ruang monitoring. Bangunan hijau (green building) didesain untuk mereduksi dampak lingkungan terbangun pada kesehatan manusia dan alam, melalui efisiensi dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lain.
Gedung ini juga memberi perlindungan kesehatan bagi yang menghuni dan meningkatkan produktivitas kerja, mereduksi limbah / buangan padat, cair dan gas, mengurangi polusi atau pencemaran padat, cair dan gas serta mereduksi kerusakan lingkungan. Secara umum definisi bangunan hijau menurut Office of the Federal Environmental Executive (AS) adalah bangunan yang meningkatkan efisiensi bangunan dan lahannya terhadap penggunaan energi, air, dan bahan, dan mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan, lingkungan melalui penataan tapak, desain, konstruksi, operasional, pemeliharaan serta akibat produk limbahnya.
“Secara fisik ini sudah green mau menghitung cahaya atau oksigen, mau menghitung CO2, mau menghitung cavering O2 yang disuplai oleh hutan kami, semua memenuhi syarat untuk green building,” kata dekan.
Meski telah mendapatkan sertifikat dari EDGE, Gedung B Fakultas Biologi UGM memiliki pekerjaan rumah bagaimana green building ini memiliki aktivitas green. Disamping itu, bermimpi dan berusaha mewujudkan sebagai windows smart green city building di Indonesia.
Salah satu upaya yang ditempuh adalah bekerja sama dengan Fisipol UGM dan menyulap Digilib Fisipol untuk dihijaukan. Upaya yang dilakukan adalah menghadirkan tanaman-tanaman hidroponik hasil dari Fakultas Biologi UGM.
“Sebentar lagi Digilib Fisipol akan kami hijaukan dengan tanaman hidroponik hasil dari Fakultas Biologi UGM. Kami senang bersinergi dan Fisipol UGM setuju untuk itu. Konsepnya nanti salad, tomat dan semua organik dari green farming kami sehingga semua langsung bisa dimakan disana,” terangnya.
Budi Daryono menuturkan di atap Gedung B Fakultas Biologi UGM tahun depan akan dikembangkan smart green building system. Dengan pengembangan ini maka pengunjung Fakultas Biologi UGM nantinya bisa menikmati tomat organik, salad organik, melon organik dan lain-lain.
Untuk mengontrol semua itu maka akan dipergunakan IOT (Internet of Things). Model smart green building ini sudah diwujudkan di Jepang dan Singapura yang dahulu mengimpor beras dari Brastagi Sumut kini mulai berkurang.
“Singapura sudah berhasil memproduksi sayur dan buah yang semua dikonsep dalam green building. Ini yang menjadi kekhawatiran kita karena green building ini adalah salah satu konsep kedepan untuk melihat bagaimana setelah strukturnya green sehingga proses di dalamnya juga akan eco dan edu green,” ucap Dekan Fakultas Biologi UGM. (Humas UGM/ Agung)