
Sepanjang kurun waktu 2014-2017, Trias Kuncahyono, peneliti Middle East Institute Jakarta dan eks jurnalis senior harian KOMPAS, menulis beragam isu internasional di kolom Kredensial harian KOMPAS.
Kolom ini, yang dikumpulkan menjadi buku “Kredensial: Refleksi 130 Kisah tentang Manusia dan Peradaban“, berusaha melakukan refleksi atas berbagai konflik dan krisis internasional dengan situasi terkini di Tanah Air.
“Buku ini berisi cerita-cerita tentang masa lalu yang melaluinya kita bisa memahami konteks masa kini dan masa depan,” ujar Trias dalam kegiatan diskusi buku yang diselenggarakan di FISIPOL UGM, Jumat (16/11).
Sebanyak 130 tulisan yang termuat dalam buku ini, yang dipilih dari 175 tulisan dalam kolom Kredensial, berisi refleksi seputar merebaknya perang dan teror di berbagai negara, kekerasan atas nama agama, penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, hingga korupsi yang merugikan orang banyak.
Selain itu, dalam buku ini ia juga memaparkan teladan kepemimpinan dari para tokoh yang memperjuangkan demokrasi, toleransi, dan kesetaraan, menyalakan pelita harapan akan kehidupan yang lebih baik.
“Banyak hal yang ditulis berdasarkan peristiwa yang baru-baru ini terjadi, misalnya tentang Trump. Karena latar belakang saya dari hubungan internasional, banyak tulisan saya berkaitan dengan isu-isu hubungan internasional,” terangnya.
Meski berangkat dari berbagai isu internasional, apa yang ia paparkan dalam buku ini menurutnya terasa cukup dekat dengan persoalan-persoalan yang dialami di Indonesia, termasuk soal persekusi hingga upaya memecah belah lewat ujaran kebencian di dunia maya masih kerap terjadi di negeri ini.
Dalam buku ini ia memasukkan berbagai teori politik yang dikemas dalam bentuk cerita agar menarik bagi pembaca. Ia banyak mengisahkan peristiwa atau situasi yang ia saksikan sendiri dalam pengalamannya berkelana ke berbagai negara di dunia.
“Kalau saya mau menulis tentang sosialisme misalnya, kalau hanya menulis teori orang malas untuk membacanya. Tapi kalau ditulis dengan cara bercerita itu berbeda,” ungkapnya.
Kekuatan buku ini di dalam memberikan wawasan sejarah secara menarik tanpa menghilangkan nilai yang terkandung di dalam setiap peristiwa diapresiasi oleh Dosen Hubungan Internasional UGM, Siti Mutiah Setiawati yang menjadi pembahas dalam diskusi ini.
Ia menyebut buku ini sebagai tulisan yang secara akademik bisa dipertanggung jawabkan karena mengandung fakta sejarah di samping paparan isu-isu yang menjadi kegelisahan penulis.
“Apa yang terjadi saat ini selalu bisa dikaitkan dengan masa lalu. Buku ini menjadi cara yang jitu untuk memahami apa yang terjadi,” ucapnya. (Humas UGM/Gloria)