
Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (LES), suatu penyakit autoimun multi sistem yang banyak menyerang wanita usia produktif menimbulkan beragam dampak fisik pada pasien seperti kelelahan dan nyeri, juga dampak ekonomi yang juga tinggi.
Untuk menangani persoalan ini, berbagai metode telah dikembangkan di dunia kedokteran, termasuik salah satunya latihan pasrah diri (LPD).
“Latihan pasrah diri adalah suatu teknik manajemen stres atau dikenal juga dengan mindfulness-based therapy yang sudah 5 tahun ini dikembangkan di Divisi Psikosomatik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKKMK UGM,” terang Deddy Nur Wachid Achadiono saat mengikuti ujian terbuka program doktor pada Senin (26/11).
Penelitian tentang insidensi LES yang dilakukan di Inggris mendapatkan hasil angka insidensi sebesar 3.0 per 100.000 penduduk. Penelitian lain menyatakan kelelahan sebagai gejala utama dari LES dijumpai pada 90% pasien. Kelelahan ini dapat berkaitan dengan kerusakan organ, flares, serta efek samping terapi yang sering kali menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien.
Kelelahan ini, ujar Deddy, dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan pada pasien, seperti emosi, kognitif, kerja, serta aktivitas sehari-hari. Etiologi kelelahan bersifat multifaktorial dan berkaitan dengan terapi, perilaku, psikososial, diet, dan komorditas.
Disertasi yang ditulis Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKKMK UGM dan RSUP Dr. Sardjito ini berjudul “Pengaruh Latihan Pasrah Diri pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik”. Latihan dengan dasar perpaduan antara relaksasi dan dzikir ini, jelasnya, dapat dikategorikan sebagai terapi berbasis mindfullnes.
“Harapannya dengan pemberian LPD dapat tercapai perbaikan dalam hal kelelahan, inflamasi, aktifitas penyakit, serta adanya depresi,” imbuhnya.
Latihan ini sendiri menggunakan keterpaduan dan hubungan tubuh dan mental untuk perbaikan kesehatan. Metode ini dilakukan dalam waktu 15-20 menit sehingga dapat dilakukan di mana saja dengan mudah.
Efek psikologi yang berhubungan dengan LES, menurutnya, sangat menarik, namun belum ada penelitian yang mengakomodasi berbagai pengaruh terapi psikologi pada SLE. Untuk itu, ia kemudian melakukan uji klinis di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Sardjito dengan melibatkan 86 orang.
Berdasarkan hasil studi ini didapatkan perbaikan yang signifikan pada kelompok pasien SLE yang melakukan LPD dibandingkan pasien SLE yang tidak melakukan LPD pada semua parameter yang dinilai, yaitu depresi, kelelahan, IL-10, IL-6, SLEDAI, anti-dsDNA dan hsCRP.
“LPD terbukti dapat memperbaiki kondisi depresi, kelelahan, dan parameter inflamasi pada pasien SLE,” pungkasnya. (Humas UGM/Gloria)