
Rasa duka mendalam menyelimuti Kampus Universitas Gadjah Mada. Salah satu putra terbaiknya, Prof. Dr. A.J. Suhardjo, M.A telah berpulang menghadap sang pencipta. Prof. Suhardjo, Guru Besar Fakultas Geografi UGM meninggal dunia pada Senin (26/11) di RS Panti Rapih.
Almarhum Prof. Suhardjo dimakamkan di peristirahatan terakhir di makam Keluarga UGM Sawit Sari pada Selasa (27/11). Sebelumnya, jenazah almarhum disemayamkan di Balairung UGM untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM.
Prof. Drs. Koentjoro, MBsc.,Ph.D, Ketua Dewan Guru Besar UGM, menyampaikan duka yang mendalam atas meninggalnya Prof. Suhardjo kepada keluarga. Almarhum adalah sesepuh, guru dan salah satu putra terbaik UGM yang telah mendarmabaktikan kepakarannya untuk banyak pihak.
“Atas nama Keluarga Besar UGM, kami menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada keluarga besar Prof. Suhardjo. Semoga mendiang memperoleh tempat yang paling mulia di sisi Tuhan dan keluarga yang ditinggalkan senantiasa tabah untuk melanjutkan perjuangannya," katanya di Balairung UGM, Selasa (27/11) saat memimpin upacara pelepasan.
Menurut Koentjoro, almarhum Prof. Suhardjo adalah Guru Besar UGM yang selama hidupnya mendalami bidang Geografi Perdesaan. Bidang ini dalam Ilmu Geografi mempelajari fenomena sosial dan ekonomi serta perubahan-perubahannya di wilayah perdesaan.
Dalam pidato pengukuhan Guru Besar berjudul “Diversifikasi Ekonomi Perdesaan: Suatu Alternatif Penanggulangan Kemiskinan dan Kesenjangan” pada 27 Januari 1999, Prof. Suhardjo menyampaikan bahwa dalam masyarakat modern, kemiskinan dan kesenjangan sosial mendapat perhatian besar dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat memahami kondisi tersebut timbul karena adanya perbedaan alokasi terhadap penguasaan sumber daya akibat kurang diindahkannya rambu-rambu keadilan sosial oleh lembaga pengelolanya.
“Pemerintah pada saat itu sebenarnya telah melakukan berbagai program, seperti memberikan bantuan pembangunan perdesaan, Inpres Desa Tertinggal dan lain-lain, namun program-program tersebut belum mampu mengurangi masalah kemiskinan secara signifikan," kata Koentjoro mengutip pidato pengukuhan almarhum.
Pada saat pidato, kata Koentjoro, Prof. Suharjo mengusulkan adanya diversifikasi ekonomi perdesaan yaitu upaya memperkuat sumber pendapatan rumah tangga, antara lain dengan menciptakan dan memajukan pekerjaan non pertanian di desa, diantaranya dengan pemanfaatan sumber daya setempat, peran penyediaan barang dan jasa perlu didorong agar dapat dilakukan oleh masyarakat di perdesaan untuk meningkatkan kemampuan sosial ekonominya.
Menurut Koentjoro, pemikiran almarhum Prof. Suhardjo masih relevan untuk diterapkan pada saat ini. Pemikiran ini perlu untuk terus diingat dalam setiap kegiatan penelitian dan pengabdian UGM. Program-program KKN, misalnya, seharusnya selalu dijiwai semangat untuk memandirikan masyarakat.
“Cara-caranya dengan meningkatkan kemampuan untuk mengolah dan memasarkan sumber daya yang ada di wilayahnya, serta dengan mendorong munculnya entrepreneur-enterpreneur yang tangguh dan mampu berinovasi untuk membangun desanya," tuturnya. (Humas UGM/ Agung)