Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi, Dr. Supriyadi, M.Sc., CMA., CA., Ak., melaunching UGM Digital Press di Balai Senat, Rabu (28/11). Peresmian ditandai dengan menekan tombol disaksikan Kepala Badan Penerbit dan Publikasi, Widoddo, S.P., M.Sc., Ph.D.
UGM Digital Press merupakan media daring untuk memublikasikan prosiding hasil konferensi internasional yang diselenggarakan di UGM. Di bawah pengelolaan Badan Penerbit dan Publikasi UGM bekerja sama dengan Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi (DSSDI) UGM, UGM Digital Press mewadahi seluruh bidang ilmu yang dikategorikan ke dalam empat seri, yaitu Physical Science and Engineering, Life Science, Health Science and Social Science and Humanities.
Dalam sambutan peresmian, Supriyadi mengatakan renca strategis UGM hingga akhir 2022 adalah indikator kinerja mendorong UGM menduduki 250 QS World Ranking. Target ini diharapkan tercapai mengingat di tahun 2018 ini ranking UGM naik dari 401 menjadi 391.
“Meski hanya 10 poin kita naik. Sudah dua tahun ini kita berturut-turut masuk di 500 besar PT dunia. Ada tiga PT di Indonesia, yaitu UI, ITB dan UGM yang di tahun 2017 yang naik ranking bersamaan. Namun, di tahun 2018 hanya UGM yang naik, sementara UI dan ITB mengalami penurunan. Meski begitu, kenaikan 10 poin belum mampu menjadikan UGM melampaui mereka,” ujarnya.
Meski ada pihak yang mengatakan ranking tidak penting, namun bagi Supriyadi ranking tetap menjadi prioritas target kinerja. Disamping sebagai syarat untuk pencairan dana APBN, target ranking dinilai sebagai driver agar segala strategi yang dijalankan bisa fokus.
Oleh karena itu, ekspose harus diperbesar terutama yang terkait dengan publikasi, riset dan sitasi. Utamanya sitasi, menjadi persoalan yang sangat penting mengingat banyaknya publikasi tidak akan memberi arti tanpa diikuti sitasi.
“Skor akan rendah. Oleh sebab itu, bagaimana publikasi kita bisa disitasi banyak pihak, kolega PT PT dari luar, karena kalau hanya disitasi oleh internal UGM sendiri tidak dihitung. Agar dapat tercapai maka ekspose dari hasil riset harus diperbanyak,” ujarnya.
Kepala Badan Penerbit dan Publikasi, Widoddo, S.P., M.Sc., Ph.D., menyampaikan jumlah publikasi yang dihasilkan UGM secara kuantitas mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga kini sebanyak 1.310 artikel UGM sudah dipublikasi di scopus, dan di akhir Desember 2018 diharapkan bisa mencapai 1.500 artikel.
“Tahun lalu sekitar 1200-an, sebelumnya (2016) 1.000, sebelumnya lagi hanya 500. Ini baru scopus, kalau seperti yang ditarget Kemenristekdikti 2.200, kita sudah mencapai angka 3.000,” katanya
Widodo menyatakan Kemenristekdikti sebenarnya menargetkan publikasi internasional tidak hanya di scopus, tapi juga terindeks di web of science dan Microsoft academy. Saat ini, UGM sudah mencapai 3.000, jika ditambah jurnal yang sudah terindeks di Pubmed, Ebsco dan lain-lain mencapai sekitar 4.000 artikel.
“Artinya, berbagai skema yang kita dorong dan dukung ke sivitas akademika betul-betul meningkatkan performance teman-teman untuk meningkatkan jumlah publikasi,” katanya.
Widoddo mengakui meski mengalami peningkatan jumlah publikasi, namun bila dibanding UI dan ITB, UGM masih nomor terakhir. Jika dielaborasi kekalahan itu hanya dijumlah prosiding yang terindeks, sementara secara riset artikel di jurnal, UGM berada di tengah dengan posisi di atas UI dan di bawah ITB.
“Inilah yang kemudian menjadi pekerjaan rumah kita di BPP bagaimana setiap konferensi internasional bisa netes dalam bentuk prosiding. Ini yang kemudian menjadi solusi kita akan mengembangkan UGM Digital Press,” tuturnya. (Humas UGM/ Agung)