• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Komunitas Geografi Usulkan Mata Pelajaran Geografi Diajarkan di Tingkat Dasar dan Menengah

Komunitas Geografi Usulkan Mata Pelajaran Geografi Diajarkan di Tingkat Dasar dan Menengah

  • 10 Januari 2019, 15:27 WIB
  • Oleh: Ika
  • 9309
Komunitas Geografi Usulkan Mata Pelajaran Geografi Diajarkan Ditingkat Dasar dan Menengah

Komunitas Geografi di Indonesia mengajukan usulan untuk memasukan mata pelajaran geografi sebagai pelajaran wajib dalam pendidikan dasar dan menengah.

Rekomendasi tersebut mengemuka dalam Lokakarya Nasional Geografi dan Pendidikan Kebencanaan yang diselenggarakan Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Geografi (FORPIMGEO), Ikatan Geograf Indonesia (IGI) dan Fakultas Geografi UGM, Kamis (10/1) di Fakultas Geografi UGM. Kegiatan tersebut dihadiri puluhan peserta dari 16 perguruan tinggi di Indonesia serta perwakilan guru TK, SD, SMP, dan SMA di beberapa daerah.

Ketua IGI, Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS., menyampaikan kebutuhan menjadikan mata pelajaran geografi pada pendidikan dasar dan menengah menjadi sebuah kebutuhan yang harus segera dilakukan. Sebab, pendidikan kebencanaan kepada masyarakat di Indonesia saat ini secara sistematis belum menyentuh setiap warga bangsa.

Upaya menyentuh seluruh individu bangsa, kata dia, dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal. Sayangnya, saat ini kurikulum pendidikan dasar dan menengah belum banyak memuat pendidikan kebencanaan. Sementara di tingkat SMA, pendidikan geografi belum diberikan pada semua individu. Hanya kelas IPS saja yang mendapatkan pelajaran geografi yang di dalamnya terdapat materi kebencanaan.

Hal ini berbeda dengan kondisi pendidikan di 11 negara maju di dunia, seperti Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Finlandia, Perancis, Hungaria, Belanda, Selandia Baru, dan Singapura. Negara-negara tersebut mengajarkan wajib materi geografi dan sejarah masing-masing negara sebagai dasar wawasan setiap negara.

Padahal, Indonesia negara yang rawan bencana karena berada dalam posisi geografis ring of fire dunia. Data BNPB 2018 mencatat jumlah kejadian bencana tahun 2018 sebanyak 1.999 kejadian dengan korban jiwa tercatat terbanyak sejak 2007. Sementara tahun 2019 Indonesia diprediksi akan mengalami kejadian bencana hingga 2.500 kejadian.

Upaya meminimalkan korban jiwa dan kerugian negara, kata dia, harus menjadi fokus utama. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kapsitas masyarakat dan menurunkan kerentanan. Adapaun strategi efektif dapat melalui pendidikan kebencanaan terhadap generasi muda.

“Solusinya mewajibkan mata pelajaran geografi pada pendidikan dasar dan menengah seperti pada kurikulum 1994,” tegasnya.

Hal tersebut menjadi poin utama dalam policy brief yang disusun oleh beberapa komunitas maupun lembaga, seperti Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang geografi (FORPIMGEO), Ikatan Geograf Indonesia (IGI), Perkumpulan Profesi Pendidik Geografi Indonesia (P3GI), Ikatan Geografiawan Gadjah Mada (IGEGAMA), Fakultas Geografi UGM, Pusat Studi Bencana Alam UGM, Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana Fakultas Geografi UGM.

Hartono menyampaikan pada tingkat SD pendidikan kebencanaan bisa dimasukkan dalam tema lingkungan dan alam sekitar. Sedangkan tingkat SMP, dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran IPS. Sementara mata pelajaran geografi di SMA telah mengajarkan pendidikan kebencanaan dan mitigasi bencana.

“Perbedaaanya terletak pada pemahaman proses mitigasi dan tanggap darurat bencana,” katanya.

Tak hanya itu, pelajaran geografi  perlu dimasukkan pada pendidikan dasar dan menengah karena adanya dukungan SDM guru geografi yang telah dibekali materi kebencanaan baik saat di perguruan tinggi, komunitas MGMP, IGI, dan lainnya. Ditambah dengan dukungan fasilitas laboratorium geografi SMA yang dilengkapi dengan berbagai alat peraga untuk menjelaskan fenomena bencana.

“Materi pendidikan kebencanaan bukan hanya bencana alam, tetapi juga bencana sosial harus menjadi bagian dari misi besar tentang materi wawasan nusantara melalui mata pelajaran geografi Indonesia,” pungkasnya.

Sementara Dirjen Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti, Dr. Muhammad Dimyati, dalam kesempatan tersebut menyambut baik upaya yang dilakukan oleh komunitas geografi di Indoensia yang telah menyusun policy brief untuk menjadikan pelajaran geografi sebagai ruh pendidikan kebencanaan.

“Policy brief ini akan bagus jika disampaikan ke pembuat kebijakan dan bisa menjadi sebuah kebijakan nasional,” tuturnya.

Oleh karena itu, dia mendorong pada komunitas geografi di Indonesia untuk segera menyampaikan rekomendasi tersebut kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan demikian, rekomendasi yang disusun dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Sebelumnya, Ketua FORPIMGEO, Prof. Dr.M.Baiquni, M.A., menyampaikan lokakarya ini menjadi salah satu wadah dalam menyinergikan kepentingan nasional geografi. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengaruh pada kebijakan nasional sehingga ilmu geografi dapat memberikan manfaat dalam kerangka pembangunan nasional. (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Fakultas Geografi Buka Program S2 Bagi Guru Geografi SMA

    Thursday,19 April 2012 - 17:36
  • 86 SMA Ikuti Olimpiade Geografi Nasional

    Saturday,05 February 2011 - 13:42
  • Seminar Nasional Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia

    Tuesday,19 October 2010 - 10:34
  • Fakultas Geografi UGM Gelar Olimpiade Geografi Tingkat SMA

    Thursday,04 February 2010 - 9:44
  • Fakultas Geografi Resmikan Laboratorium Mitigasi Bencana Swaliba

    Tuesday,26 June 2012 - 11:28

Rilis Berita

  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti
  • Kembali ke Kampus, UGM Harap Geliat Wisata Religi Tanara Serang Terus Menguat 02 February 2023
    Tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Unit Serang, Bant
    Ika
  • 2023 Asian Conference on Fish Models for Disease Berakhir, Herman Spaink Ungkap Harapannya agar Penelitian Tetap Berkelanjutan 02 February 2023
    Perkembangan bidang studi biologi menjadi kontributor besar bagi dunia kesehatan, khususnya dalam
    Satria
  • SDG's Series #85: Strategi Pencapaian Pembangunan Berkelanjutan Melalui Perencanaan Pembangunan Daerah 02 February 2023
    Departemen Geografi Pembangunan, Fakultas Geografi, UGM telah menyelenggarakan Sustainable Develo
    Satria

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual