
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM menyelenggarakan Medical Charity dan Talkshow tentang “Gerakan Peduli Kesehatan Remaja” pada Minggu (10/2) pagi di kampus setempat. Untuk Medical Charity sendiri dikemas melalui Fun Run dan layanan booth garage sale. Agenda ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian Dies Natalis FKKMK 2019 dihadiri perwakilan guru dan siswa sekolah.
dr. M. Rosadi Seswandhana, SpB., SpBP-RE(K)., selaku Ketua Umum Dies FKKMK 2019, menyatakan bahwa konsep acara ini dikemas dalam bentuk pengabdian dalam masyarakat.
Sementara itu, mengenai tema kesehatan remaja, Rosadi menyebut hal tersebut penting untuk diperhatikan terutama remaja yang mengalami perundungan. “Perundungan pada remaja, tidak hanya terjadi secara fisik, namun juga bisa terjadi secara psikologis,” sebutnya.
Kasus perundungan semakin marak sekarang ini, terutama didukung dengan perkembangan teknologi jaringan sehingga memicu munculnya bentuk baru perundungan, yaitu cyberbullying. Berdasarkan penelitian UNICEF pada tahun 2011-2013, dari 400 responden anak dan remaja asal berbagai wilayah Indonesia, sebanyak 42% menyatakan pernah mengalami cyberbullying ketika menggunakan media sosial.
Dr. rer. Nat. B.J. Istiti Kandarina, ketua penyelenggara acara, berharap dengan mengundang siswa langsung, mereka akan memahami apa itu perundungan, bagaimana menghadapinya, dampaknya, hingga bagaimana cara pencegahannya. Dengan demikian, ketika kembali ke sekolah, mereka bisa menjadi tempat konsultasi bagi teman-temannya.
“Siswa biasanya lebih terbuka dengan teman sebayanya sehingga akan mudah untuk mendeteksi kasus perundungan. Hal ini lebih efektif untuk memotong rantai perundungan yang biasanya turun temurun di suatu sekolah karena perundungan biasanya belum ada sanksinya,” terangnya.
Dr. dr. Mahardika Agus Wijayanti, DTM&H., M.Kes., Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan SDM FKKMK UGM, menyebut bahwa berbagai upaya ini merupakan bagian dari salah satu tema besar yang diusung FKKMK sejak 2018 lalu, yakni health promoting campus. Sebagai konsekuensinya, FKKMK menerapkan zero tolerance berupa tidak boleh ada perundungan antara sivitas akademika di UGM.
Kemudian, menurut Mahardika, tahun ini tema tersebut diperluas menjadi health promoting workplace. Sasarannya pun juga diperluas menjadi masyarakat Yogyakarta di sekitar UGM. Dengan perubahan ini, ia meminta komitmen bersama kepada masyarakat Yogyakarta untuk mendukung program ini.
Sebagai solusi ia menyarankan agar masyarakat merubah suasana ruang dalam ruang kerjanya. “Kuncinya adalah komunikasi, yakni bagaimana menemukan cara untuk saling memahami antara sesama rekan dalam ruang tersebut. Jangan melakukan hal yang tidak pada tempatnya,” pungkasnya mengingatkan. (Humas UGM/Hakam)