Berdasarkan laporan Badan Pusat Statitik (BPS) tahun 2018, populasi peternak terus mengalami penurunan setiap tahun. BPS mencatat pada periode 2012-2016, terjadi pengurangan jumlah peternak mencapai 263.484 orang atau setara 6 persen. Kondisi tersebut diperparah dengan sebagian besar petani sekarang ini yang rata-rata berumur lebih dari 50 tahun.
Sementara itu, para pemuda Indonesia kebanyakan enggan menjadi peternak dan memilih bekerja di sektor lain. Padahal, kebutuhan pangan nasional terus meningkat seiring pertambahan populasi penduduk dan ekonomi yang kian membaik.
Di tengah kondisi yang demikian, Fakulta Peternakan UGM melalui beberapa dosennya, seperti Muhsin Al Anas dan Akhmad Fathoni, membentuk dan membina kelompok pemuda ternak di Dusun Ngalang, Buyutan, Gedangsari, Gunung Kidul. Program tersebut adalah hasil kerja sama dengan Alumni Voli Universitas Gadjah Mada (AVOGAMA).
“Kebanyakan masyarakat, termasuk anak-anak muda menganggap peternakan tidak prospektif. Hal tersebut karena peternakan selama ini hanya dijalankan dengan sistem tradisional untuk usaha sampingan atau sekadar tabungan (rojo koyo), belum berorientasi bisnis. Oleh sebab itu, program yang harus dilakukan pertama kali adalah merubah paradigma pemuda terkait peternakan,” ujar Muhsin, Jumat (15/2).
Muhsin memandang kebanyakan pemuda saat ini adalah millennial yang melek internet. Hal ini berpengaruh besar terhadap serapan pengetahuan dan teknologi. Menurutnya, kondisi ini menjadi peluang untuk mengajak para pemuda menjadi peternak. “Tentunya peternakan yang dijalankan dengan memanfaatkan teknologi, utamanya internet,” sebutnya.
Program awal yang kedua dosen tersebut kembangkan yaitu pembangunan kandang dan pelatihan manajemen budi daya ternak domba. Mereka memberi pelajaran para pemuda tentang cara pembuatan pakan konsentrat dan fermentasi serta pengembangan hijauan pakan ternak. Selain itu, para pemuda mendapatkan pelatihan sistem pembibitan ternak. “Pelaksanaan program pembibitan yang benar dapat meningkatkan produktivitas ternak sehingga keuntungan peternak dapat bertambah,” terang Muhsin.
Doni, selaku kordinator kelompok ternak, menceritakan bahwa selama ini para pemuda desa hanya menjalankan peternakan secara tradisional dan belum berorientasi terhadap keuntungan. “Dahulu kami menganggap ternak yang dimiliki hanya tabungan atau rojo koyo,” ujarnya.
Adanya pendampingan dari Fakultas Peternakan UGM terhadap pemuda desa, Doni harapkan dapat menjadikan pemuda menjadi mandiri. “Semoga dengan pendampingan ini dapat meningkatkan pengetahuan kami terkait pengelolaan peternakan yang baik. Terlebih kami dapat menguasai teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak sehigga motivasi kami untuk beternak juga bertambah,” tutur Doni.
Untuk rencana ke depannya, Fathoni menjelaskan bahwa para pemuda kelompok ternak tersebut akan mendapatkan pelatihan terkait pemasaran. Hal itu agar usaha domba dapat segera berkembang dan menghasilkan keuntungan bagi mereka. “Internet dapat menjadi sarana untuk melakukan penjualan produk,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)