Selama tiga hari (21-23 Maret 2006) Program Internasional Sekolah Pascasarjana UGM M.Sc Geoinformation for Disaster Management menyelenggarakan “Training Course on Community-Based Disaster Risk Management†(CBDRM) di Fakultas Geografi UGM. Pelatihan ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Chairil Anwar didampingi Dekan Fakultas Geografi UGM Dr. Hartono, DESS.
Menurut Dr. Sudibyakto, Manejer Program M.Sc Geoinformation for Disaster Management UGM, pelatihan ini bertujuan untuk: (i) memberikan bekal kepada para mahasiswa pascasarjana UGM untuk meningkatkan pemahaman tentang manajemen resiko bencana alam, (ii) memberikan metode ilmiah dan praktis berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi resiko bencana yang terjadi, (iii) mengembangkan bagaimana mengintegrasikan aspek resiko bencana alam ke dalam pengembangan dan penyusunan tata ruang wilayah. Mengingat bahwa banyak sekali penyusunan tata ruang di Indonesia yang belum memasukkan aspek risiko bencana alam ke dalam konsep tata ruang wilayah.
Pelatihan ini merupakan bentuk realisasi kerjasama antara Fakultas Geografi UGM dan Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) dengan Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) Thailand Bangkok, dan ITC, Belanda dalam mengembangkan Program Master Internasional di Sekolah Pascasarjana UGM.
Dalam pelatihan ini yang diikuti oleh 15 peserta, juga mengadakan praktek manajemen risiko berbasis masyarakat di daerah rawan bencana letusan Gunung Merapi di Dusun Tritis, Desa Turgo dan Lokasi Relokasi Sudomoro, Sleman.
Pada kesempatan itu NMSI Arambepola, M.Sc, selaku Direktur Program Pelatihan dariADPC Bangkok sangat terkesan dengan pola manajemen risiko bencana akibat letusan Gunung Merapi, dan model manajemen bencana di Sleman ini akan dijadikan salah satu model manajemen risiko bencana alm di kawasan Asia Pasifik.
Selanjutnya menurut Dekan Fakultas Geografi UGM, pelatihan semacam ini sangat penting artinya bagi Indonesia mengingat sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai risiko bencana alam yang sangat besar, tidak sebanding dengan ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia)-nya. Oleh karena itu, kerjasama ini akan ditingkatkan lagi di masa mendatang dengan menjalin pihak luar negeri seperti Perancis, Jepang, dan Australia dalam mengembangkan kurikulum pendidikan magister bencana alam di Indonesia.
Dalam kesempatan penutupan kursus, Kamis 23 Maret 2006 juga dilepas 4 (empat) orang mahasiswa Program M.Sc Geoinformasi untuk Management Bencana ke ITC Belanda selama 3 (tiga) bulan atas biaya dari NEC (Netherlands Educations Center), ITC Belanda, dan UNU (United Nations University) Jerman. Selain kerjasama pendidikan, program ini juga mengembangkan program penelitian, visiting professor, dan pendidikan model jarak jauh (e-learning development program). (Humas UGM)