Fenomena-fenomena sindrom psikologis seperti adiksi terhadap internet maupun bullying melalui sosial media perlu dicermati dalam melihat hubungan manusia dan teknologi saat ini. Sebab, berbagai kemajuan teknologi di satu sisi memberi manfaat, namun di sisi lain berdampak mengubah nilai-nilai yang ada di dalam manusia.
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman, M.A., mengakui kemajuan teknologi memang telah mendorong Revolusi Industri 4.0. Kondisi ini membawa dampak kepada manusia dengan berbagai sisi kehidupannya.
“Salah satunya adalah bagaimana interaksi antara manusia dan teknologi membentuk kehidupan modern. Psikologi, sebagai ilmu yang mempelajari tentang proses mental dan perilaku manusia perlu untuk mendalaminya,” katanya, di ruang G100 Fakultas Psikologi UGM, Jumat (15/2) saat membuka International Conference on Human-Technology Interactions (ICHTI).
International Conference on Human-Technology Interactions (ICHTI) diadakan di Laboratorium Mind, Brain, & Behavior bekerja sama dengan Program Studi S3 Fakultas Psikologi UGM diikuti 50 lebih pemakalah dan berlangsung selama dua hari, 15-16 Februari 2019. Mengangkat tema How The Human-Technology Interactions Shape Modern Life, ICHTI menghadirkan empat pembicara ahli internasional, Prof. Elkhonon Goldberg, Ph. D (New York University), Prof. Byron Good, Ph. D (Harvard University), Prof. Joel Pearson, Ph. D (New South Wales University), dan Prof. Jeffrey Sachs (Columbia University).
Galang Lufityanto, Ph.D selaku ketua panitia menambahkan kemajuan teknologi yang mengakibatkan manusia tidak lagi berinteraksi secara langsung perlu diantisipasi. Hal tersebut, menurutnya, mengakibatkan dampak negatif sehingga terjadi kemunduran dalam kehidupan manusia.
“Padahal, jika kita menggunakan teknologi dengan optimal dan sesuai dengan porsinya maka teknologi membantu pekerjaan manusia. Untuk itu, dalam konferensi ini kita ingin melihat sisi-sisi itu, sampai dimana teknologi itu bagus, sejauh mana tidak bagus dan bagaimana kita bisa mengantisipasinya,” ujarnya.
Galang menuturkan tidak semua pengguna teknologi antisosial. Meskipun diakuinya sebagian dari mereka dengan hadirnya teknologi tersebut justru tidak mau sama sekali berinteraksi secara sosial.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka memiliki network di luar negeri. Melalui teknologi mereka pun membangun hubungan sosial.
“Ironi memang, ketika manusia mengganti kontak sosial secara langsung, padahal sebenarnya hal itu bisa dilakukannya. Itulah yang kemudian menjadikan teknologi tidak baik untuk kita dalam kehidupan,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, Prof. Elkhonon Goldberg menyoroti efek teknologi terhadap usia. Dia menyampaikan hipotesis bila kaum manula ketika terpapar teknologi dan kemudian mau berinteraksi dengan teknologi maka ia akan terhindar dari kemungkinan menderita dimensia atau penyakit-penyakit otak yang lebih disebabkan karena ketuaan.
Menurutnya, teknologi bisa membantu para lansia mengatasi permasalahan-permasalahan psikologi yang natural muncul di usia-usia tua. Hasil riset menunjukkan saat bagian belakang otak kiri semakin menyusut kemudian bersentuhan dengan teknologi maka penurunan kapasitas otak bisa diredam. (Humas UGM/ Agung)