
Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis (DEB) UGM, Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., meluncurkan buku yang berjudul “Menyimak Turbulensi Ekonomi : Pengalaman Empiris Indonesia”. Peluncuran ini diselenggarakan oleh Sekolah Vokasi (SV) UGM pada Sabtu (16/2) lalu di Aula Gedung Perpustakaan SV UGM.
Anggito menjelaskan bahwa buku tersebut ia kerjakan dalam waktu singkat, yakni satu bulan saja. Ia mendedikasikan buku ini kepada sejumlah ekonom UGM yang telah berpulang. Mereka adalah para guru yang menjadi inspirasinya, yakni Prof. Mubyarto, Prof. Dibyo Prabowo, dan Dr. Budiono Srihandoko. Selain itu, kepada kedua sahabatnya, yaitu Dr. M. Masykur Wiratmo dan Dr. A. Tony Prasentiantono.
“Mereka telah mengajarkan dengan kesungguhan kegunaan ilmu ekonomi bagi kesehjateraan masyarakat luas sehingga bermanfaat bagi kehidupan dan kemaslahataan umat manusia,” tulisnya dalam halaman persembahan.
Anggito mengaku alasannya menulis buku ini karena melihat selama ini teori ekonomi yang diajarkan di perkuliahan susah dipahami mahasiswa. Hal tersebut karena pertaliannya dengan praktik kebijakan ekonomi di Indonesia masih samar.
“Saya membuat ini untuk memahamkan masyarakat mengenai pertalian teori ekonomi dan praktik kebijakannya di Indonesia. Buku ini bisa menjadi referensi bagi mahasiswa untuk perkuliahan ekonomi terapan,” ungkap mantan Kepala Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan, dan Kerja Sama Internasional ini.
Sementara itu, mengenai pemilihan diksi ‘turbulensi’ dalam judul bukunya itu, Anggito memilihnya karena menganalogikan ekonomi seperi sebuah penerbangan pesawat terbang. “Dalam setiap penerbangan pesawat, hampir dipastikan selalu terjadi turbulensi yang mengakibatkan guncangan pada pesawat. Hal tersebut sama dengan kondisi perekonomian dunia, tidak terkecuali di Indonesia, yang terus mengalami naik turun,” ujarnya.
Jika pada pesawat turbulensi biasanya disebabkan oleh faktor dari eksernal maupun internal pesawat itu sendiri, Anggito menyebutkan bahwa turbulensi ekonomi pun serupa. Menurutnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan turbulensi ekonomi, yakni internal dan kebijakan pemerintah, dinamika poltik, serta eksternal dan kondisi perekonomian global.
Kemudian, untuk mengatasinya, Anggito menyatakan bahwa dibutuhkan peran kaum akademisi untuk memperjuangkan kebijakan ekonomi yang tepat agar turbulensi yang kian meningkat ini berkurang. Untuk itulah ia membuat buku ini untuk memotong jarak antara teori dan praktik ekonomi.
“Perekonomian sekarang tanpa ada shock breaking, kebanyakan dipengaruhi oleh motif politis. Pada posisi ini, kaum akademisi diperlukan untuk mengembalikan marwah perekonomian kita agar stabil kembali,” tuturnya.
Prof. Dr. Edi Suandi Hamid, yang hadir sebagai pembedah buku, mengapresiasi buku karya Anggito tersebut. Ia menyatakan bahwa buku ini telah layak digunakan sebagai salah satu materi pengajaran kuliah. “Penulis menjelaskan tiap permasalahan tanpa melupakan konteks historisnya. Dengan demikian, tiap permasalahan yang diangkat bisa tersampaikan dengan jelas,” ucap Rektor Universitas Widya Mataram ini.
Selain itu, Edi juga mengapresiasi pemilihan bahasa yang digunakan penulis yang cenderung mudah dipahami. Menurutnya, orang yang tidak menggeluti bidang ekonomi pun bisa memahaminya. “Penulis menjelaskan permasalahan yang sulit dengan bahasa yang komunikatif. Hal itu mempermudah pembaca awam untuk membacanya,” pujinya.
Dr. Elan Satriawan yang juga hadir untuk membedah turut menyampaikan gagasannya terhadap karya Anggito itu. Dalam membaca buku ini, ia meminta pembaca untuk mengingat latar belakang sang penulisnya. “Penulis tidak hanya pengamat dalam ekonomi, melainkan pelakunya juga. Ia turut andil dalam menyiapkan kebijakan perekonomian, mengatur praktiknya, dan sekarang ia menuliskannya. Karya ini menegaskan legasinya,” ungkap dosen FEB UGM ini.
Hadirnya buku ini, semakin menegaskan peran Sekolah Vokasi dalam menghilirisasi produk dari hasil riset UGM. Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. “SV setiap tahunnya menghasilkan berbagai produk hasil dari riset yang telah dilakukan peneliti di UGM. Karya ini menjadi bukti bahwa SV adalah muara yang menghilirkan berbagai riset UGM,” terangnya.
Tidak hanya itu, Panut juga mengucapkan rasa bangganya kepada penulis. Dengan karya ini, menurutnya, penulis telah memberi rangsangan semangat kepada para dosen di UGM agar lebih produktif lagi sehingga kelak ketika pensiun masih meningalkan sesuatu yang akan menginspirasi.
“Kedepannya saya berencana jika ada dosen yang menerbitkan karyanya maka akan dibuatkan peluncuran semacam ini yang dibayai oleh UGM,” janjinya sekaligus memungkasi sambutan. (Humas UGM/Hakam)