• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Indonesia Belum Terbebas dari DBD

Indonesia Belum Terbebas dari DBD

  • 04 Maret 2019, 16:06 WIB
  • Oleh: Satria
  • 7642
Indonesia Belum Terbebas dari DBD

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM merayakan Dies Natalisnya yang ke-73, Sabtu (2/3). Serangkaian acara diselenggarakan pada hari itu, salah satunya Seminar Nasional “Demam Berdarah Dengue dalam Perspektif Sistem Kesehatan.

Seminar ini diadakan mengingat terjadinya lonjakan kasus DBD di Indonesia pada beberapa waktu belakangan ini. Tidak hanya itu, siklus DBD terbilang menarik karena erat kaitannya dengan masalah di luar kesehatan. Hal itu seperti kebersihan lingkungan, cuaca, hingga status gizi dapat memengaruhi terjadinya penyakit ini. Oleh karena itu, FKKMK mencoba meniliknya dari perspektif sistem kesehatan saat ini yang berada pada era Jaminan Kesehatan.

dr. Citra Indriyani, MPH., salah seorang pembicara yang hadir, menyatakan bahwa epidemiologi DBD di Indonesia telah meningkat selama kurun waktu 1968-2017. Peningkatan ini, menurutnya, terjadi karena banyak faktor.

“Pertama, bisa kita lihat dari pertumbuhan populasi manusia sebagai salah satu media yang terikat dengan Nyamuk Aedes aegypti. Semakin banyak manusia, semakin banyak pula kesempatan penyakit ini menyebar. Kedua, kondisi lingkungan juga berpengaruh. Perubahan iklim yang membuat curah hujan sepanjang tahun, memungkinkan reproduksi dari Nyamuk Aedes aegypti semakin cepat. Bisa dibilang panen,” ungkap Dosen Epidemiologi FKKMK UGM ini.

Citra melanjutkan bahwa berdasarkan WHO, Indonesia bahkan disebut sebagai kawasan hiperendemis DBD. Ia menyebut bahwa 7 dari 10 anak di Indonesia pernah mengalami dengue, meskipun bermacam-macam tingkat bahayanya. “Dari waktu ke waktu, Indonesia mengalami endemik DBD, namun kawasannya berganti-ganti, tidak hanya berdiam di satu tempat saja,” tuturnya.

Walaupun demikian, Citra mensyukuri bahwa pertumbuhan ini disertai dengan perkembangan tata laksana klinis yang semakin baik pula. Hal itu membuat angka fatalitas dari DBD ini juga semakin kecil. Namun, ia tetap mengingatkan untuk meningkatkan tata laksana sistem kesehatan agar angka fatalitas ini tidak meningkat.

Mengenai tata laksana klinis DBD, Dr. dr. Ida Safitri, Sp.A(K)., pembicara lain yang hadir, menjelaskan bahwa saat ini Indoesia mengacu guidline dari WHO tahun 2011. Hal itu karena guidline inilah yang paling sesuai dengan kondisi di Asia Tenggara, tidak seperti yang dikeluarkan WHO tahun 2009.

Akan tetapi, Ida menyebut bahwa saat ini di Indonesia masih memiliki beberapa kesulitan dalam mendeteksi kasus DBD. Ia mengugkapkan saat ini di Indonesia hanya bisa mendeteksi DBD yang simtomatik saja atau yang menunjukkan gejalanya saja. “Padahal, terdapat penderita DBD yang asimtomatik. Hal ini cukup mengkhawatirkan,” keluhnya.

Meski begitu, Ida tetap mengingatkan pentingnya masyarakat umum untuk mengetahui warning sign DBD. Berdasarkan WHO, tanda-tanda tersebut adalah demam hingga 40°C yang disertai pusing, nyeri di belakang mata, otot, dan persendian, mual, muntah-muntah, serta bintik-bintik merah atau ruam.

“Jika tanda-tanda tersebut sudah muncul, segera saja dibawa untuk perawatan klinis, tidak perlu lagi dibawa ke laboratorium untuk dicek,” pungkasnya.  (Humas UGM/Hakam)

 

Berita Terkait

  • Indonesia Dituntut Bisa Penuhi Kebutuhan Pangan Global

    Tuesday,28 September 2010 - 10:09
  • UGM Serahkan Bantuan GeNose C19 ke Ponpes Gus Baha

    Friday,04 June 2021 - 8:42
  • Gerakan 3T dan 5M Kurang Optimal Persulit Indonesia Bebas Covid-19 Agustus 2021

    Wednesday,03 March 2021 - 5:54
  • UGM Mewisuda 30 orang Doktor, 498 Magister dan 45 Spesialis

    Thursday,24 January 2008 - 17:37
  • Irigasi Belum Terpisah, Hambat Pengembangan Pertanian Padi Organik

    Thursday,12 July 2012 - 16:11

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual