• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Pengukuhan Guru Besar
  • Prof Mukhtasar Syamsuddin Dikukuhkan Sebagai Guru Besar

Prof Mukhtasar Syamsuddin Dikukuhkan Sebagai Guru Besar

  • 06 Maret 2019, 14:24 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 11956
Prof Mukhtasar Syamsuddin Raih Guru Besar

Dosen Fakultas Filsafat UGM, Prof. Dr. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., dikukuhkan sebagai Guru Besar pada bidang ilmu filsafat, Rabu (6/3), di Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Dalam pidato pengukuhan yang berjudul Konsep Fundamental Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dalam Kritik Filsafat Timur, Mukhtasar menyampaikan berbagai kajian filsafat timur dalam merespons kehadiran teknologi kecerdasan buatan.

Mukhtasar mengatakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bagian dari penanda revolusi digital dan penanda tersebut secara ektensif membingkai pola pikir dan perilaku manusia pada era revolusi industri 4.0. Namun demikian, kecerdasan buatan juga membawa persoalan filosofis yang perlu dikaji dan diselesaikan oleh bidang ilmu filsafat, sebab kecerdasan buatan berusaha memodelkan proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia.

Seperti diketahui, kemunculan tren terbaru teknologi canggih revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan revolusi digital melalui artificial intelligence (AI), e-commerce, big data, dan fintech. Namun, salah satu komponen terbesar teknologi ini adalah mesin canggih. Teknologhi AI terus dikembangkan melaui sistem cerdasm, seperti soft computing, sebuah sistem yang memilah keahlian seperti manusia pada domain tertentu namun beradaptasi dan belajar agar dapat bekerja lebih baik jika terjadi perubahan lingkungan.

Berdasarkan kemauan dan cara kerja tersebut diketahui bahwa soft computing dapat mengeksploitasi adanya toleransi terhadap ketidaktepatan, ketidakpastian, dan kebenaran parsial sehingga masalah dapat diselesaikan dan dikendalikan  dengan mudah. Jika AI secara fundamental dikonsepsikan sebagai kemampuan berpikir cerdas maka timbul pertanyaan apakah mesin dapat berpikir cerdas seperti kecerdasan yang dimiliki manusia?

Mukhtasar menegaskan kecerdasan buatan tidak akan pernah bisa menyamai kemampuan manusia dalam memahami konteks, situasi atau tujuan secara teratur karena kecerdasan dan keahlian manusia bergantung terutama pada insting tidak sadar. “Pikiran manusia dan proses pemikirannya merupakan fenomena non reduksionis. Sementara komputer di sisi lain beroperasi menggunakan program reduksi manipulasi simbolik,” katanya.

Dalam pemikiran filsafat timur, kata Mukhtasar, sudah dilakukan berbagai kajian soal kecerdasan buatan ini. Bagi Buddhisme, AI tidak memiliki citta atau memahami penciptaan pikiran dari entitas non-materi sehingga AI dianggap tidak dapat berpikir. Sementara dalam tradisi Taoisme, orang cerdas akan mampu merespons situasi secara berbeda dan tindakannya tidak bergantung pada standar subjektif tetapi pada situasi objektif karena orang cerdas mampu menyesuaikan diri dengan tubuh yang bergerak. Sebaliknya, dalam tradisi Konfusianisme, kecerdasan dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat penilaian moral yang benar sehingga kecerdasan sangat menentukan seseorang dalam menilai perilaku benar dan salah.

Dalam kajian filsafat Pancasila, Mukhtasar menegaskan diperlukan pemikiran strategis yang perlu dikembangkan dalam merespons perkembangan dan dampak yang ditimbulkan teknologi AI ini melalui indigenisasi tata nilai kehidupan bangsa yang bertopang pada lima nilai universal Pancasila. ”Diperlukan kecerdasan kolektif untuk memilah dan memilih teori termasuk konsep dasar yang diperlukan dalam membanguna kecerdaran buatan yang sesuai dengan filsafat pancasila,” ujarnya,

Namun, yang tidak kalah penting, menurutnya, strategi masyarakat sebagai warga negara dalam merespons AI harus diikat oleh etika sosial yang berbasis pada nilai filsafat Pancasila. ”Langkah strategis yang diperlukan lainnya adalah menanamkan dan menghidupkan kembali nilai-nilai etika sosial melalui proses pendidikan di tengah kehidupan masyarakat,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Peminat Fakultas Filsafat Meningkat

    Monday,22 August 2016 - 7:59
  • Fakultas Filsafat Gelar Philosophy Expo 2017

    Saturday,26 August 2017 - 8:50
  • Dubes China Siap Mempererat Hubungan Kerja Sama UGM dengan Universitas di China

    Friday,24 September 2010 - 14:44
  • UGM Akan Berikan Gelar Doktor HC pada Solichin

    Tuesday,15 December 2020 - 9:03
  • Fakultas Filsafat UGM Gelar Bakti Sosial di Bantul

    Monday,18 June 2012 - 12:35

Rilis Berita

  • UGM Sosialisasikan Pembangunan Zona Integritas di Lingkungan Kampus Menuju WBK dan WBBM 27 January 2023
    UGM melakukan kegiatan sosialisasi pembangunan zona integritas di lingkungan kampus, Jumat (27/1)
    Ika
  • UGM Cetak Doktor Double Degree Pertama Kerja Sama Fakultas Biologi UGM-University of Montpellier 27 January 2023
    UGM berhasil meluluskan doktor program double degree pertama kerja sama antara program Doktor Bio
    Ika
  • Angkat Topik Penelitian terkait Kanker Mata pada Anak, Purjanto Raih Gelar Doktor 26 January 2023
    Disertasi berjudul Ekspresi PD-L1, Taz, Serta Index Proliferasi Ki-67 sebagai Faktor Pr
    Satria
  • Kolaborasi Berbagai Institusi Dukung Revolusi Mental untuk Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 26 January 2023
    Universitas Gadjah Mada menandatangani Nota Kesepahaman Kerja Sama Revolusi Menta
    Gloria
  • UGM-Pemprov DIY Akan Sinergikan KKN 25 January 2023
    Universitas Gadjah Mada bersama Pemerintah Provinsi DIY akan melakukan sinergi pelaksanaan Kuliah
    Satria

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual