Pendidikan pascasarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) dinilai tidak responsif terhadap kebutuhan masyarakat, karena belum sepenuhnya mampu menghasilkan lulusan yang “mumpuni” baik secara keilmuan maupun profesional.
Demikian penilaian yang disampaikan Direktur Sekolah Pascasarjana UGM Dr Irwan Abdullah hari Senin (17/4) berkaitan penyelenggaraan Pameran 3 hari Sekolah Pascasarjana UGM tanggal 18 s.d 20 April 2006.
“Sebagai pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan bertaraf ‘sarjana utama’, program pascsarjana memiliki posisi yang sangat strategis baik secara keilmuan maupun profesional. Namun, lulusan tersebut masih belum sepenuhnya memenuhi tuntutan masyarakat,” ujar Pak Irwan di Sekolah Pascasarjana UGM.
Menurutnya secara keilmuan, pendidikan pascasarjana seyogyanya mampu melahirkan akademisi yang “mumpuni” dalam bidangnya. Sedangkan, secara profesional pendidikan pascasarjana sepatutnya melahirkan lulusan yang profesional dalam menjalankan tugas yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Kendati begitu, lulusan sarjana utama UGM masih belum sepenuhnya memenuhi tuntutan tersebut, karena sebagai ilmuwan, ilmunya masih belum sepenuhnya terintegrasi ke dalam suatu wacana keilmuan nasional dan internasional, sedangkan sebagai pekerja profesional tidak memiliki kemampuan praktis-teknis yang sesuai dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Kata dosen FIB UGM ini, kelemahan-kelemahan tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya komunikasi antarpihak dalam membangun dan mengembangkan program pascasarjana yang responsif, baik dalam menjawab tantangan keilmuan maupun persoalan masyarakat.
“Komunikasi yang terbatas itu menyebabkan lemahnya kemampuan kurikulum pascasarjana dalam memberikan konfigurasi bagi persoalan keilmuan dan masyarakat,” ungkap Pak Irwan.
Ditambahkan Pak Irwan Abdullah, Sekolah Pascasarjana UGM mencoba merespon kondisi obyektif tersebut dengan mengembangkan diri menjadi institusi pendidikan yang responsive terhadap persoalan masyarakat dan partisipatif dalam membangun program dan kurikulum.
Sejalan dengan hal itu, Sekolah Pascasarjana UGM menghasilkan kerjasama dengan berbagai pihak, baik perguruan tinggi, pemerintah daerah, masyarakat sipil maupun masyarakat bisnis untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan mengembangkan program yang lebih mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat yang bermartabat.
Ia mengatakan, sebagai “sekolah” Sekolah Pascasarjana UGM mengembangkan dirinya untuk mampu menciptakan suatu komunitas akademis yang kondusif bagi proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan bermutu.
Penciptaan komunitas akademis juga dilakukan melalui jaringan internasional dalam bentuk kerjasama dengan berbagai universitas dan lembaga internasional. Selain itu, proses belajar mengajar yang lebih terkendali baik mutu maupun masa kelulusan juga menjadi misi institusi.
“Sekolah Pascasarjana UGM juga merupakan suatu bagian dari komunitas akademis global, di mana kesempatan bersekolah di institusi tersebut berarti pula memperluas jaringan dan komunikasi internasional bagi peserta program,” tandas Pak Irwan (Humas UGM).