UGM menyelenggarakan Mancing Bareng UGM dengan Wartawan pada Minggu pagi (7/4) di Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM. Kegiatan ini diikuti oleh para wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang DIY, FORTAKGAMA serta sivitas akademika UGM. Tujuannya adalah untuk memperat hubungan UGM dengan para pelaku media, utamanya di DIY.
Sihono, Ketua PWI DIY, menyebutkan bahwa mancing bersama ini bisa menjadi wahana penyegaran bagi teman-teman wartawan yang selama ini bekerja dalam tekanan yang tinggi. “Dengan memancing mungkin bisa meredakan otot-ototnya sehingga kembali bekerja dengan kondisi yang segar,” kelakarnya.
Lebih lanjut, Sihono mengungkapkan bahwa PWI bisa dibilang mirip dengan UGM. “Sama seperti jati diri UGM, yakni universitas kebangsaan, PWI juga dibangun oleh para pendiri bangsa demi kemaslahatan bangsa juga. Selain itu, UGM yang juga univeritas Pancasila, kami juga saat ini mendorong agar para wartawan meresapi nilai-nilai Pancasila di hatinya,” tuturnya.
Sihono kemudian memaparkan rencana PWI untuk membuat sebuah media yang berfokus pada desa. Sistemnya, terangnya, tidak seperti media mainstream yang didanai oleh pemilik modal, mereka ingin membuatnya dengan dasar koperasi. “Konsep yang diusung nantinya harus gotong-royong agar terjaga kenetralannya,” ujarnya.
Untuk itu, Sihono mengajak UGM untuk bekerja sama untuk mewujudkan rencana tersebut. Menurutnya, UGM bisa turut bergabung dengan mengimplementasikan hasil risetnya di desa. “Dengan demikian, kerja sama antara PWI dan UGM akan membawa pada kemajuan desa-desa di negeri ini,” ungkapnya.
Rencana tersebut disambut baik oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. Menurutnya, UGM sebagai kampus kerakyatan memiliki komitmen untuk memajukan desa dan pertaniannya.
Panut menerangkan bahwa desa-desa di Indonesia sekarang memiliki dana desa yang besar. Oleh karena itu, UGM merasa perlu untuk melakukan pendampingan kepada desa-desa tersebut. “Alih-alih untuk hanya mengembangkan infrastruktur desa, kami juga ingin memajukan usaha desa. Dengan hal itu, ekonomi desa bergulir dan mengurangi laju urbanisasi yang kian meningkat,” ungkapnya.
Untuk itu, Panut menilai kerja sama antara UGM dan PWI sangat diperlukan. Menurutnya, tanpa wartawan, hal-hal baik yang dihasilkan UGM tidak akan bisa diketahui. Hal-hal baik yang dimaksudnya seperti keberhasilan UGM masuk dalam 50 besar University Impact Ranking yang dirilis Times Higher Education dalam indikator SDGs Decent Work and Economic Growth. Keberhasilan UGM tersebut menjadi bukti bahwa UGM selalu berusaha untuk berkontribusi dari hal-hal yang dihasilkannya.
“Dunia mendorong tiap universitas dengan standar-standar akademisnya, namun kepentingan untuk menyejahterakan bangsa harus diutamakan. UGM akan berusaha untuk terus mengombinasikan keduanya agar berjalan beriringan. Baik kemanfaatan maupun reputasi semua penting. Dengan reputasi yang baik di mata dunia, UGM juga membanggakan nama bangsa Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam;foto:Firsto)