Fakultas Biologi UGM kembali menggelar diskusi diseminasi hasil penelitian mahasiswa program doktor biologi. Dalam kegiatan yang berlangsung pada hari Kamis (11/4) di kampus setempat disampaikan enam hasil penelitian disertasi.
Keragaman Talas dan Bazzania
Salah satu penelitian yang dipaparkan adalah tentang keberagaman dan hubungan kekerabatan kultivar talas di Kalimantan. Dalam penelitian yang dilakukan Linda Oktavianingsih diketahui terdapat 123 aksesi talas yang berasal dari habitat liar, semi budi daya dan budi daya. Aksesi talas di Kalimantan terdiri dari spesies C.esculenta, C.esculenta tipe liar, C. affinis, dan Colocasia sp.
Keragaman kultivar talas di Pulau Kalimantan meliputi keragaman karakter morfologis terutama pada tangkai daun yang memiliki variasi warna sangat beragam. Sementara karakter anatomis yang bervariasi terdapat pada daun yang berupa modifikasi epidermis berbentuk papila. “Berdasar anlisis RAPD, aksesi talas di Kalimantan memiliki keragaman yang tinggi dengan koefisien similaritas 0,615-0,974%,” jelasnya.
Penelitian tentang keragaman tumbuhan juga dilakukan Lilih Khotimperwati. Dia meneliti tentang biosistematika Bazzania Gray berdasar karakter morfologis, anatomis, dan molekular. Hasil riset yang dilakukan menunjukkan adanya keragaman spesies Bazzania di Jawa Tengah yang teridentifikasi ada 11 spesies. Kesebelas spesies itu adalah B. calcarata, B. fauriana, B. japonica, B. javanica, B. pectinata, B. perfalcata, B. praerupta, B. serpentina, B. spiralis, B. succulenta dan B. tridens. B. fauriana, B. perfalcata, dan B. succulenta merupakan rekaman baru spesies Bazzania di Pulau Jawa.
Lilih menyebutkan berdasarkan penanda ISSR populasi Bazzania di Jawa Tengah mempunyai variaisi genetik yang tinggi. Tingginya variasi genetik juga tercermin dari banyaknya mutasi pada sekuen DNA trnL-F di daerah intron.
Rekayasa Genetik Anggrek
Penelitian rekayasa genetik untuk perbanyakan dan konservasi anggrek dilakukan oleh Windi Mose. Penelitian dilakukan untuk perbanyakan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume). Pasalnya, selama ini perbanyakan anggrek jenis ini sering dilakukan melalui cara konvensional dengan biji maupun propagasi in vitro. Namun, cara tersebut kurang maksimal karena hanya menghasilkan anakan anggrek dalam jumlah terbatas.
Dia pun melakukan penelitian menggunakan teknik embriogenesis somatik melalui transformasi genetic dan gen kunci embriogenesis dari tanaman model Arabidopsis thaliana, AtRKD4. Transformasi ini menggunakan sistem aktivasi melalui induksi senyawa glukokortikoid. Hasilnya menunjukan bahwa senyawa glukokortikoid berhasil menginduksi ekspresi gen AtRKD4, dan teradapat 154 differential expression genes (DEGs) yang terekspresi selama induksi embriogenesis somatik dengan 118 gen mengalamai upregulasi dan 36 gen mengalami downregulasi ekspresi.
Penelitian rekayasa genetika lain dilakukan M. Dylan Lawarie yaitu optimalisasi aplikasi system CRISPR-Cas9 pada anggrek dengan penyuntingan gen-gen yang berperan dalam aktivasi kloroplas seperti PDS3 dan VAR2. CRISPR-Cas 9 merupakan teknologi genome editing terbaru yang bisa dipakai untuk penyutingan genome organisme secara presisi. Dylan menyebutkan mutasi pada kedua gen itu menyebabkan munculnya fenotipe albino pada daun tanaman. “Hasilnya diketahui vektor pRGEB32 memberikan hasil mutasi lebih baik dibandingkan dnegan vector pKIR 1.1. ,”ungkapnya.
Melon Tahan Hama
Begomovirus merupakan salah satu virus yang menjadi ancaman serius dalam produksi melon. Sementara data tentang jenis virus ini yang menginfeksi tanaman melon di Indoensi amasih terbatas. Kondisi itu menghambat pengendalian infeksi Begomovirus pada melon.”Salah satu strategi pengendalian Begomovirus yang efektif dan ramah lingkungan dengan pengembangan kultivar melon yang memiliki gen resisten terhadap Begomovirus,” kata Aprilia Sufi Subiastuti.
Dalam penelitiannya, dia mengidentifikasi jenis Begomovirus pada melon di Indoensia dengan metode kloning-sekuensing. Hasilnya menunjukkan sekuen yang didapat memiliki homologi dengan gen resisten terhadap virus dengan gen resisten lain yang telah diidentifikasi sebelumnya pada melon dan mentimun.
Dalam kesempatan itu juga disampaikan hasil penelitian terkait adaptasi morfologi dan anatomi Wedelia trilobata dalam tipe pengenaan yang berbeda oleh Endang Saptiningsih. Hasilnya memperlihatkan tanaman ini mampu membentuk hipertrofi lentisel di daerah stolon yang tergenang pada penggenangan waterlogged, submergence parsial dan submergence penuh. Pembentukan hipertrofi lentisel di tingkat mature dengan jumlah tertinggi dan terbentuk paling awal terjadi di stolon yang diberi perlakuakn waterlogged, sedangkan jumlah terendah dengan tingkat parsial mature terdapat pada perlakuan submergence penuh. (Humas UGM/Ika