• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Dorong Kemandirian Bangsa, UGM Siapkan Pabrik Obat dan Alat Kesehatan

Dorong Kemandirian Bangsa, UGM Siapkan Pabrik Obat dan Alat Kesehatan

  • 12 April 2019, 22:13 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 7268
Dorong Kemadirian Bangsa, UGM Siapkan Pabrik Obat dan Alat Kesehatan

Penguasaan SDM bangsa Indonesia di bidang teknologi kesehatan dan obat-obatan terbilang masih sangat rendah. Tidak heran jika impor bahan obat dan alat kesehatan mencapai 97,2 persen. Pemerintah diminta mendorong pengembangan  industri strategis di bidang farmasi dan alat kesehatan dalam 25 tahun mendatang melalui pengembangan SDM dan penyiapan regulasi untuk mendukung kemandirian bangsa di bidang kesehatan.

Demikian beberapa hal yang mengemuka dalam diskusi dalam rangka  penyusunan roadmap pengembangan industri strategis dan teknologi tinggi di tahun 2045 melalui pengembangan SDM pendidikan tinggi. Diskusi yang diselenggarakan oleh UGM dan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) RI di ruang mult media dan Grand Aston Hotel Yogyakarta  selama dua hari, 11-12 April, menghadirkan beberapa pakar dari UGM, diantaranya peneliti nanoteknologi biokeramik dari FKG UGM, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D., peneliti stem cell dari FKKMK UGM, dr Rudy Ghazali Malueka., Ph.D., Sp.S dan peneliti obat herbal dari keanekaragman hayati Prof. Dr. Subagus Wahyuono, Apt

Ika Dewi Ana mengatakan pengembangan nanoteknologi untuk kesehatan perlu dikembangkan bersama-sama. Menurutnya, UGM sudah mulai menghilirkan beberapa produk kesehatan dari produk skala herbal bahkan sudah menerapkan nanobiokeramik sudah dipasarkan dan sudah mendapatkan daftar e katalog. "Setidaknya poduk-produk ini bisa menggantikan beberapa produk impor dengan standar SNI,” katanya.

Ika menuturkan pengembangan produk kesehatan melalui produksi sendiri oleh pabrik milik UGM  dalam rangka menyongsong kemandirian bangsa di bidang kesehatan. “Kompetisi bangsa kita dalam teknologi kesehatan masih sangat rendah sekitar 97,2 persen alat kesehatan kita masih impor,” ujarnya.

Menurutnya, pengembangan teknolgi nano untuk bidang kesehatan sangat penting terutama untuk menangani berbagai penyakit seperti kanker yang diperkirakan menjadi penyebab kematian terbesar di masa depan. “Hal ini menjadi tantangan, di tahun 2045 penduduk kita 25 persen didominasi populasi usia lanjut di atas 60 tahun atau 74 juta orang yang sebagian besar berasal di daerah terpinggirkan,” katanya.

Untuk menyiapkan berbagai produk farmasi dan alat kesehatan, kata Ika, UGM telah menyiapkan lahan seluas kurang lebih dua hektare yang rencananya akan diresmikan dalam waktu dekat. “Ada lahan seluas dua hektare kita buat pabrik alat kesehatan,” katanya.

Apa yang dilakukan oleh UGM untuk mendirikan pabrik sendiri untuk memproduksi obat obatan dan alat kesehatan ini dikarenakan sulitnya mengakses produsen obat di dalam negeri yang lebih banyak memprioritaskan obat dan alat kesehatan dari luar. Tidak hanya itu, tantangan untuk memproduksi sebuah produk kesehatan membutuhakn waktu rata-rata 14 tahun dengan biaya yang tidak sedikit dan kemungkinan besar bisa gagal. Namun begitu, kendala tersebut bisa diatasi melalui penyiapan SDM yang andal dan terampil serta perbaikan regulasi dan peningkatan standardisasi produk.

Pakar pengobatan stem cell UGM, dr. Rusdy Ghazali Malueka, Ph.D., Sp.S., mengatakan pengobatan melalui stem cell atau sel punca berpotensi untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif. Namun demikian, pengembangan teknologi pengobatan ini masih terus dikembangkan. Menurutnya, melalui teknologi sel punca ini nantinya bisa mengobati penyakit jantung, diabetes dan kanker serta kasus patah tulang.“Di UGM masih tahap inovasi sementara untuk produksi kita masih kerja sama dengan Kalbe Farma, target kita 2020 sudah bisa produksi sendiri,” katanya.

Penelitian yang dilakukan di UGM, kata Rusdy, sudah diterapkan ke beberapa pasien yang terkena kasus patah tulang setelah bertahun tahun tidak bisa berjalan dan menunjukkan hasil yang mengembirakan  “Sementara kita terapkan pada pasien yang patah tulang atau tidak bisa berggerak,” katanya,

Sementara pakar obat herbal Pros Subagus menuturkan saat ini potensi obat herbal dari sumber keanekeragaman hayati semakin banyak dilupakan. “Kita kehilangan kemandirian dalam produk obat obatan,” ujarnya.

Ia menyebutkan meski Indonesia memiliki potensi sumber obat herbal, namun hanya ada lima produk herbal yang sudah dipasarkan.  “Sampai hari ini kita hanya memiliki lima produk phytofarmaka,” kata Subagus sambil menyebutkan merek masing-masing produk.

Minimnya produksi obat herbal tersebut disebabkan industri obat dalam negeri lebih suka bekerja sama dengan industri dari luar negeri dengan hanya mendapat lisensi untuk bisa dipasarkan ke dalam negeri. “Kalau seperti ini peneliti itu mau jadi apa? berjalan sendiri? Bagaimana kita bisa mengatakan biodiversitas memberikan kemakmuran bagi seluruh rakyat,” imbuhnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh UGM untuk mendirikan pabrik farmasi dan alat kesehatan diharapkan bisa memberikan harapan agar biodiversitas bisa dikembangkan sebagai sumber obat herbal dengan melibatkan masyarakat petani untuk diajak menanam. (Humas UGM/Gusti Grehenson) 

Berita Terkait

  • UGM Siap Produksi Alat Kesehatan

    Wednesday,25 September 2019 - 16:15
  • UGM Bagikan 11 Ribu Alat Rapid Test RI-GHA

    Wednesday,25 November 2020 - 17:46
  • UGM Luncurkan Tim Gugus Tugas Kemandirian Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

    Tuesday,24 August 2021 - 21:05
  • UGM Selenggarakan Forum Riset Industri 2021

    Thursday,25 November 2021 - 16:18
  • Salon dan Klinik Kecantikan Tidak Boleh Memproduksi Produk Kosmetik

    Wednesday,05 December 2007 - 15:54

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual