
Keluarga Mahasiswa Bidiksi (Kamadiksi) UGM menyelenggarakan Donor Darah pada Senin (15/4) di Selasar Fakultas Filsafat UGM. Bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kotagede, kegiatan ini merupakan agenda tahunan bakti sosial dari Kamadiksi.
Riska Septiandari, Kepala Divisi Sosial Masyarakat Kamadiksi UGM, menyebutkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini untuk meningkatkan rasa kepedulian kepada sesama. Apalagi, berdasarkan data dari PMI stok darah di area DIY saat ini sedang mengalami kekurangan. “Oleh karenanya, kami memilih donor darah sebagai acara bakti sosial,” ujar mahasiswa Manajemen Kebijakan Publik FISIPOL UGM ’16 ini.
Mengenai pemilihan tempat di Fakultas Filsafat disebabkan lokasinya yang terbilang strategis. “Fakultas ini merupakan tempat mahasiswa dari berbagai fakultas UGM menempuh Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Lalu, tepat hari ini juga mata kuliah tersebut juga sedang digelar ujian tengah semesternya. Mengetahu hal itu, kami memutuskan untuk menyelenggarakannya di sini dan hari ini,” ungkapnya.
Alhasil, kegiatan donor darah pagi itu terbilang sukses. Prafira Laili Zahra, salah satu anggota Kamadiksi yang turut hadir hari itu, menjelaskan bahwa sejak pukul 08.00-11.00 WIB kemarin, banyak mahasiswa yang mendaftar. “Namun, setelah dilakukan cek kesehatan, akhirnya hanya 17 orang saja yang bisa melakukan donor darah,” tutur mahasiswa Ilmu Filsafat UGM ’16 ini.
Laili menyatakan, meskipun tidak bisa menutupi kekurangan stok darah, tetapi jumlah tersebut berdasarkan PMI sudah melebih ekspektasi. “Mereka (PMI) berterimakasih dengan adanya kegiatan ini. Harapan mereka untuk nantinya kegiatan ini semakin diperbanyak,” ucapnya.
Senada dengan PMI Kotagede, Laili bersama kawan-kawannya dari Kamadiksi akan mengusahakan agar kegiatan donor darah ini bertambah frekuensi untuk tahun depan. “Kalau bisa setahun terselenggara tiga kali,” paparnya optimis.
Terakhir, setelah melihat kegiatan kali ini, Laili berharap kesadaran mahasiswa di UGM akan donor darah semakin meningkat. Selama kegiatan kemarin, ia menceritakan beberapa mahasiswa ada pula yang menolak dengan alasan takut lemas atau takut sakit. Padahal, berdasarkan testimoni para pendonor, mereka baik-baik saja, entah sebelum atau sesudah donor.
“Kami berharap mahasiswa UGM menyadari bahwa donor darah itu penting. Kedepannya, semoga kesadaran itu akan datang dari diri masing-masing dengan melihat manfaat bagi yang membutuhkannya,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)