Angelo Abil Wijaya, mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UGM angkatan 2015, baru saja mendapatkan Juara 3 dalam Silk Road and Young Dreams Speech Contest 2019 yang diadakan di Beijing, Republik Rakyat Cina, pada 12-14 April 2019.
Acara yang digelar di Beijing World Trade Center tersebut dihadiri oleh 300 peserta dari 70 negara yang tersebar di lima benua. Acara ini diadakan untuk menyambut Belt and Road Forum for International Cooperation 2019 yang akan digelar di Beijing pada akhir April mendatang.
Pada acara tahun ini, perwakilan dari pemerintah, kedutaan besar, perusahaan, serta lembaga pendidikan mengikuti acara pembukaan Silk Road and Young Dreams 2019 sebagai tamu VIP. Tamu-tamu VIP tersebut antara lain mantan Perdana Menteri Ukraina, Yuriy Ivanovych Yekhanurov, mantan Wakil Menteri Kebudayaan Rusia, Mikhail Lemontov, dan lebih dari 40 diplomatic envoys dari Bahrain, Yunani, Kroasia, Bulgaria, Sri Lanka, dan Maladewa yang ditempatkan di China.
Mengangkat tema “Belt and Road, People-Oriented”, Angelo menyampaikan pidato mengenai kerja sama antara Cina dan Indonesia, sinergi visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan Inisiatif Jalur Sutra Baru Cina, serta pentingnya people-to-people contact and exchanges dalam meningkatkan mutual understanding oleh kedua negara.
“Para peserta yang merupakan pemuda dari Rusia, Kanada, Azerbaijan, Kazakhstan, Korea Selatan, Jerman, Italia, Spanyol dan banyak negara lainnya menyampaikan pidato-pidato yang sangat menarik mengenai potensi kerja sama yang dapat dibangun bersama dengan Inisiatif Jalur Sutra Baru yang digagas oleh Cina,” papar Angelo, Kamis (18/4).
Peserta yang menghadiri acara ini pada umumnya merupakan mahasiswa sarjana, master, maupun doktor yang memiliki ketertarikan maupun terlibat dalam penelitian terkait Inisiatif Jalur Sutra Baru yang digagas pada 2013 lalu oleh Cina.
“Melalui partisipasi saya dalam acara ini, saya banyak mendengar dari para pakar dan peserta lain bahwa mereka ingin agar Inisiatif Jalur Sutra Baru tidak bersifat sino-centric atau hanya berpusat pada Cina, tapi bersifat multilateral, serta dapat memberikan manfaat bagi semua negara yang terlibat,” ungkap Angelo. (Humas UGM/Gloria)