Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM meresmikan pendirian Centre for Seafood Security and Sustainability, Kamis (25/4). Pusat ini didirikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya perikanan, menjamin kualitas dan keamanan makanan hasil laut, serta memastikan keberlanjutan makanan hasil laut.
“Pangan maupun sumber energi kita sudah seharusnya berbasis laut yang luasannya mencapai dua pertiga wilayah Indonesia. Oleh karena itu, riset-riset di bidang ini harus terus dilakukan,” tutur Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr, Jamhari, S.P., M.P..
Ia memaparkan, kebutuhan dunia akan protein hewani bertumbuh dan terus meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan populasi dunia. Sementara itu, pasokan dari hewan darat untuk memenuhi kebutuhan yang terus bertumbuh ini menjadi tidak cukup karena lahan peternakan juga semakin berkurang akibat pergeseren fungsi lahan.
Perikanan, ujarnya, diharapkan dapat mengambil alih peran signifikan di dalam menyediakan sumber protein berkualitas tinggi dari makanan hasil laut serta sumber daya alam kelautan lainnya, untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan asupan nutrisi bagi warga dunia.
“Sumber daya kita sangat banyak, namun tidak semua sudah dimanfaatkan secara maksimal. Banyak yang belum dikonversi menjadi sesuatu yang bisa kita manfaatkan,” imbuhnya.
Ia menekankan bahwa eksplorasi sumber daya kelautan harus dilakukan sesuai dengan prinsip preservasi, konservasi, dan rehabilitasi melalui pendekatan ekosistem untuk memastikan keamanan dan keberlanjutannya. Karena itu, pusat ini diharapkan dapat mengakomodasi ide, inovasi, dan kreasi serta riset yang membawa kontribusi pada keamanan makanan laut dunia serta keberlanjutan sumber daya kelautan.
“Harapannya CS3 ini ke depan mampu mengoptimalkan keragaman hayati sebagai faktor yang harus kita kapitalisasi untuk pengembangan Indonesia,” ucapnya.
Kepala Badan Pusat Pengendalian Mutu, Widodo Sumiyanto, memberikan ucapan selamat atas pendirian pusat ini yang menurutnya sejalan dengan perkembangan dunia.
Ia menyebutkan hasil evaluasi pakar dari FAO dan WHO yang menunjukkan bahwa sekitar 600 juta masyarakat mengalami sakit akibat cemaran dari makanan. Dari jumlah itu, ia menambahkan, makanan yang paling punya risiko cemaran adalah susu dan olahannya serta makanan laut dan turunannya.
Karena itu, ia berharap dalam waktu mendatang angka ini dapat ditekan melalui upaya-upaya progresif yang dilakukan berbagai pihak, termasuk kalangan akademisi, untuk menjaga keamanan pangan laut.
“Saya harap dengan terbentuknya CS3 kita bisa lebih mendukung, dan bisa seirama dnegan program-program penting di tingkat nasional maupun internasional,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Widodo juga memberikan kuliah umum tentang peran BKIPM dalam keamanan dan keberlanjutan pangan laut. Ia berbicara mengenai berbagai kebijakan yang dicanangkan pemerintah terkait pemanfaatan sumber daya kelautan, serta capaian-capaian yang telah dilaksanakan. (Humas UGM/Gloria)