Mekanisme pengendalian inisiasi kelahiran pada hewan piara (ternak) agak berbeda. Dalam merawat kebuntingan, antara hewan domba, sapi dan kambing berbeda pula. Meskipun ketiga jenis hewan tersebut tergolong hewan ruminansia. Domba termasuk placental dependent species, yakni spesies yang dalam perawatan kebuntingannya tergantung terutama pada hormone progesterone yang dihasilkan oleh plasenta. Sedangkan kambing dan sapi termasuk corpus luteum dependent species, yakni spesies yang dalam perawatan kebuntingan tergantung terutama pada hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. “Selain itu, babi dan kelinci juga termasuk corpus luteum dependent speciesâ€, ujar Prof. Dr. drh. Slamet Soebagyo saat menyampikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Hewan UGM, hari Kamis (27/4).
Pidato Prof. Slamet berkesimpulan bahwa pengenalan sinyal kebuntingan pada induk agak berbeda diantara hewan ruminansia, nonruminansia dan primata. Pada ruminansia, trophoblast konseptus menghasilkan trophoblastin protein-1, sedangkan ruminansia (babi) konseptus menghasilkan hormone estrogen. Sementara itu, pada hewan primate menghasilkan Chorionic gonadotrophin. Demikian pula, proses inisiasi kelahirannya juga berbeda. “Pada ruminansia (sapi, domba, kambing) dan babi fetus (poros hipothalamo-hipofisis-adrenalis fetu) memainkan peranan penting dalam inisiasi kelahiran, tetapi pada primate dan kelinci tampaknya fetus tidak berperan dalam menginisiasi kelahirannya, dan induk mungkin lebih memegang perananâ€, tandas dosen FKH UGM saat menyampaikan pidato berjudul Peranan Konseptus Dalam Kebuntingan dan Kelahiran, di Balai Senat UGM (Humas UGM).