Yogya, KU
Seratus guru besar dari berbagai perguruan tinggi se-DIY akan menyampaikan seruan moral dalam rangka mengawali peringatan 100 tahun kebangkitan nasional. Seruan moral ini akan dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta, Selasa, tanggal 4 Maret mendatang.
“Dipilihnya sosok guru besar untuk memberi seruan ini, mengingat keberadaan dan posisinya yang netral,†kata Sekretaris Panitia Peringatan Satu Abad Kebangkitan Nasional kepada wartawan Djoko Dwyanto, Rabu (27/2) di Wisma Kagama UGM.
Djoko menambahkan, rangkaian kegiatan seruan moral ini juga dikemas secara teatrikal dan pertunjukan seni yang melibatkan ikatan seluruh pemuda dan mahasiswa daerah seluruh Indonesia.
Selain itu, pihak panitia telah mengundang segenap komponen masyarakat yang mempresentasikan komunitas agama, keluarga pelajar dan mahasiswa daerah se nusantara, partai politik, keluarga pelajar dan mahasiswa, organisasai proesi, pengusaha, akademisi dan birokrat.
Menurut Djoko, seruan moral tersebut nantinya juga akan dihadiri oleh tokoh nasional yang memiliki kapasitas nasional, netral, dan mampu membangkitkan kembali semangat dan nilai-nilai kebangkitan nasional yang saat ini telah tergerus dengan modernitas. Namun pihak panitia sendiri sampai saat ini masih menyembunyikan identitas tokoh yang dimaksud.
“Ini untuk kejutan dalam kegiatan seruan moral besok. Tapi yang jelas bukan Sri Sultan HB X karena beliau telah menolak terlebih dulu,†katanya.
Djoko menambahkan, peringatan Satu Abad Kebangkitan Nasional di Yogyakarta ini disusun serta dirangkai dengan berbagai agenda lain selama satu tahun penuh.
Kegiatan lain disamping seruan moral ini yakni peresmian ‘Tetenger’ Kebangkitan Bangsa yang rencana awalnya akan dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekitar bulan april atau awal Mei. Sedangkan di bulan Oktober, sekitar seratusan pemuda dari seluruh Indonesia juga akan menggelar 3 kegiatan sekaligus yakni Peringatan Sumpah pemuda, Kongres Kebudayaan serta Kongres Pemuda internasional.
Djoko menambahkan, panitia sendiri membantah jika peringatan ini hanya bersifat simbolis dan hanya diisi seruan moral saja. Panitia juga mempersiapkan sejumlah aksi lain seperti membangun sekolah kebangsaan yang bertempat di SMAN 11, Jetis, Yogyakarta.
“Sekolah ini sebelumnya sebagai tempat dimana Budi Utomo dilahirkan,†tegasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)