
Pada tahun 2050 mendatang, ilmuwan memprediksi antimicrobial resistence (AMR) atau resistensi antimikroba merupakan penyebab kematian tertinggi pada manusia dibanding kanker, diabetes melitus, dan hipertensi. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya antimikroba yang resistant terhadap berbagai mikroorganisme patogen sehingga berbagai penyakit yang muncul sulit sekali disembuhkan. Peningkatan jumlah kematian yang disebabkan AMR terjadi karena penggunaan antimikroba yang tidak bijak, salah satunya adalah antibiotik.
Hasil penelitian oleh Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN) membuktikan bahwa dari 2.494 individu yang terinfeksi Escherichia coli, 43% telah resisten terhadap berbagai jenis antibiotik seperti ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan Kemenkes menunjukkan 85,5% masyarakat Indonesia menyimpan antibiotik di rumah tanpa resep dokter.
Tidak hanya itu, masih banyak pula ditemukan penggunaan antimikroba yang kurang bijak pada hewan ternak untuk konsumsi manusia tanpa resep dokter hewan di lapangan. Padahal, hal tersebut dapat menimbulkan residu yang juga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Menanggapi hal tersebut, lima Mahasiswa UGM melalui hibah Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) Ristekdikti tahun 2019 berupaya menambah pengetahuan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi AMR. Kelima mahasiswa UGM tersebut yaitu Cahyo Wibisono (FKH), Adel Cahya Widigda (FKKMK), Alfian Yuzak Muzaki (FKH), Farah Yumna Budiarti (FKH), dan Muhammad.Kahfi Maulana (FT).
Sosialisasi tersebut mereka laksanakan pada Kamis (2/5) lalu kepada ibu-ibu di Dasa Wisma Melati 09 RT 06/RW 05, Dusun Kwarasan, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman. Beberapa kegiatan dari sosialisasi tersebut seperti praktik mencegah bahaya AMR dalam kehidupan sehari-hari, membuat alat peraga mencegah AMR, dan pembentukan kader AMR.
Tidak hanya sekali, kelompok PKM-M yang didampingi oleh dosen FKH, drh. Anggi Muhtar Pratama, M.Sc., ini rencananya akan meneruskan sosialisasi AMR tadi secara bertahap. Pada bulan Juni nanti, mereka berencana melaksanakan kegiatan aksi dan deklarasi masyarakat untuk secara bersama mencegah bahaya AMR. Hasil dari seluruh kegiatan ini nantinya diharapkan bias menjadikan kelompok ibu-ibu Dasa Wisma tadi sebagai pelopor dalam mencegah bahaya AMR. (Humas UGM/Hakam)