Salah satu penelitian dalam upaya pengembangan obat bahan alami yang didasarkan atas penggunaan tradisional adalah penggunaan kombinasi ekstrak kurkuminoid rimpang kunyit dengan minyak atsiri rimpang temulawak yang mengandung kamfora, kamfen, kurkumen, bergamoten, germakren B, kurserenon, germakron, dan xantorisol (dengan kadar relative 27, 64+ 0,85) dan perbandingan kadar relative antara kamfora dan kamfen 5,7 + 1,3, mampu menurunkan angka leukosit pada cairan sinovial penderita osteoarthritis lutut.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. phil. nat. Sudarsono, Apt dalam pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Farmasi dengan judul “Wawasan Dalam Pengembangan Obat Bahan Alami Indonesia†pada Senin, 8 Mei 2006 di Balai Senat UGM.
“Yang menarik adalah bahwa kearifan budaya obat tradisional dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya pengembangan manfaat bahan obat alamiâ€, kata .
Menurut guru besar Farmasi UGM ini, upaya agar dapat ikut bersaing di era global, tentunya tidak akan lepas dari aspek kualitas bahan baku, proses dan produk; upaya budidaya tumbuhan obat pada lahan luas yang ditujukan pada Good Agriculture Practise (GAP) dan Good Harvesting Practice (GHP) tidak bisa ditunda lagi. “Metode pengolahan lahan sebelum ditanami, penggunaan pupuk organic, pestisida alami, serta pemeliharaan lahan yang didasarkan atas metode-metode yang baik dan benar perlu dibiasakan,†ungkap pak Sudarsono.
Oleh karena itu, perlu ditinjau dari aspek GAP dan GHP, yang sekiranya merupakan suatu tantangan yang perlu disikapi dengan suatu komitmen tinggi bagi pemerhati budidaya, karena Indonesia termasuk daerah tropis. “Disamping itu, secara kualitatif dan kuantitatif, keanekaragaman hama dan mikroba pathogen di daerah tropis juga relative tinggiâ€, tukas ayah 2 putra ini. (Humas UGM)