• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Guyub
  • Kabar UGM
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Urgensi Perubahan Paradigma Pengelolaan Pusaka Budaya Dunia di Kawasan Borobudur

Urgensi Perubahan Paradigma Pengelolaan Pusaka Budaya Dunia di Kawasan Borobudur

  • 19 Juni 2019, 14:10 WIB
  • Oleh: Satria
  • 2111
  • PDF Version
Urgensi Perubahan Paradigma Pengelolaan Pusaka Budaya Dunia di Kawasan Borobudur

Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM kembali mengadakan Seminar Series Kepariwisataan untuk bulan Juni 2019 pada Senin (18/6) di Ruang Pertemuan Puspar UGM. Tema yang diangkat kali ini adalah “Menata Ulang Tata Kelola Destinasi Wisata Pusaka Budaya Kawasan Borobudur”. Untuk membedahnya, Puspar menghadirkan Dr. Amiluhur Soeroso, Pemerhati Warisan Budaya.

Soeroso memulai pemaparannya dengan menjelaskan bahwa UNESCO menahbiskan kawasan percandian di Magelang tersebut sebagai Borobudur Temple Compound. Penahbisan tersebut telah dilakukan hampir tiga dekade yang lalu.

Penambahan Compound dari isitilah yang diberikan UNESCO tadi, terang Soeraso,  mengartikan agar fokus kawasan tersebut tidak semata pada Candi Borobudur saja, melainkan juga pada dua candi lainnya, yakni Mendut dan Pawon, beserta kawasan di sekelilingnya.

“Bila pengertian tersebut dipertajam lagi, kawasan tersebut meliputi kehidupan manusia dan makhluk hidup serta benda lain yang berada di sekitarnya. Oleh karenanya, penetapan Borobudur sebagai pusaka budaya dunia sudah seharusnya berujung pada kemaslahatan manusia di sekelilingnya.,” papar Dosen Pascasarjana MKP FISIPOL UGM ini.

Akan tetapi, menurut Soeroso, kenyataannya pengelolaan Borobudur, baik yang bersifat konservasi, kepariwisataan, maupun kemasyarakatan, seringkali menimbulkan ketidakharmonisan. “Para pemangku kebijakan atas nama negara, saling berlomba memenuhi targetnya sendiri. Sementara masyarakat harus berjuang sendiri untuk menentukan nasibnya sendiri menghalau kemiskinan,” ungkapnya.

Soeroso menekankan seharusnya pengelolaan kawasan Borobudur perlu tinjauan dari banyak aspek, tidak hanya ekonomi ataupun budaya semata. Ia menerangkan bahwa tinjauan tersebut harus holistik, meliputi kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup. “Hal iu termasuk manusia dan  perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain,” ujarnya.

Atas keresahannya tersebut, Soeroso menawarkan sebuah solusi, yakni perubahan paradigma pengelolaan pusaka. Ia menjelaskan bahwa paradigma lama memandang kawasan ini sebagai lokasi yang adi pusaka harus diubah menjadi pusaka pusaka rakyat.

“Sebelumnya kita memandang kawasan ini  sebagai objeknya, monumental, elite, sektoral, ekonomis, serta kuantitatif. Pandangan itu harus diubah dengan memandangnya sebagai subjek, ruang tempat manusia biasa, populis, terintegrasi, lingkungan sosial-budaya dan biofisik, serta kualitatif,” tegasnya.

Kemudian, Soeroso menjabarkan ekosistem dari pengelolaan kawasan ini juga perlu diubah dengan mempertimbangkan tiga hal dasar, yakni, ekonomi, sosial-budaya, dan bio-geofisik. Kesatuan ketiganya menghadirkan harmoni antara pusaka berwujud dan tidak berwujud. “Kesatuannya juga menghadirkan fungsi ekologis, eko-ekonomi, serta ekobudaya yang memperhatikan kepentingan makhluk hidup di sekeliling kawasan,” terangnya.

Selain itu, hal penting lain dari perubahan paradigma dari konsep pengelolaan ini adalah penggabungan institusi pengelola, yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat. Hal ini bukan berarti menafikan lembaga yang sudah ada, namun harus dipandang sebagai sebuah sinergi. Penggabungan akan mempermudah alur koordinasi, mengurangi beban pemerintah pusat untuk mendanai, dan menyingkat proses redistribusi.

Dampaknya, menurut Soeroso, masyarakat akan merasakan langsung keuntungan dari pengelolaan kawasan ini sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat dengan sendirinya. Hal itu juga akan membuat mereka lebih berempati pada badan hukum negara.

“Penggabungan ini juga sesuai dengan permintaan dari UNESCO, yakni pusaka dunia mestinya hanya dikelola oleh satu badan saja. Isinya boleh saja beragam, tapi koordinasi tetap harus satu,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)

Berita Terkait

  • Empat Wujud Pusaka Saujana Borobudur

    Wednesday,14 November 2012 - 7:51
  • Universitas Malaya Kunjungi Bangunan Pusaka di DIY

    Friday,21 January 2011 - 9:54
  • Borobudur Perlu kebijakan Manajemen Pelestarian

    Thursday,29 March 2007 - 15:51
  • Pemerintah Sosialisasikan P3KP

    Tuesday,17 April 2012 - 11:34
  • UGM Menjalin Kerja Sama Dengan UTM

    Wednesday,27 December 2006 - 8:26

Rilis Berita

  • UGM Segera Bangun Kawasan Kerohanian 21 May 2022
    UGM akan memulai pembangunan Kawasan Kerohanian dengan sejumlah bangunan untuk mewadahi kegiatan
    Satria
  • Rektor UGM Pastikan Pelaksanaan UTBK 2022 di UGM Berjalan Lancar 21 May 2022
    Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng., melakukan peninjauan pelak
    Ika
  • Rektor Resmikan Wisma MIC UGM 21 May 2022
    Ika
  • Pembukaan Rangkaian Dies Natalis Fakultas Filsafat UGM ke-55 21 May 2022
    Rangkaian acara Dies Natalis ke-55 Fakultas Filsafat UGM resmi dibuka, Jumat (20/5). Acara pembuk
    Satria
  • Harapan Warga UGM Pada Rektor Baru 20 May 2022
    Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG (K), Ph.D., terpilih sebagai Rektor UGM periode 2022-2
    Ika

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

  • 30May International Academic Conference on Tourism (INTACT) 2022 ...
  • 21Jul The International Conference on Sustainable Environment, Agriculture, and Tourism (ICOSEAT)...
  • 07Sep The 8th International Conference on Science and Technology (ICST 2022)...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2022 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual