
Kecelakaan lalu lintas terus menduduki peringkat atas sebagai salah satu faktor penyebab kematian di Asia. Posisinya terus naik jika dibandingkan penyebab lainnya, dari peringkat ke-5 pada tahun 1990, lalu peringkat ke-3 pada 2010, dan terakhir menjadi peringkat ke-2 setelah stroke pada tahun 2014 (Health Sector Review, 2014). Di Indonesia, 3 orang meninggal dunia setiap jamnya karena kecelakaan. Hal itu 5-7 kali lebih tinggi dibanding kematian karena komplikasi melahirkan, dan 50-150 kali lipat dibandingkan kematian karena bencana.
Perkembangan teknologi memberikan harapan untuk mencegah atau paling tidak menurunkan kemungkinan terjadinya faktor tersebut. Pada kendaraan high end sekarang, telah dilengkapi dengan sensor, jaringan telekomunikasi, dan Internet of Things. Hal itu memungkinkan kendaraan itu untuk memungkinkan kendaraan berkomunikasi satu sama lain, berinteraksi dengan infrastruktur, dan menerima informasi dari pengguna jalan lain yang mempunyai teknologi yang kompatibel.
Teknologi tersebut yakni V2I (memungkinkan kendaraan untuk berkomunkasi dengan infrastruktur), V2P (pengguna jalan), dan V2X (segalanya). Meski sudah tersedia di pasar, kondisi masyarakat dan ekosistemnya saat ini yang belum mendukung, menjadikan kontribusi teknologi tadi terhadap keselamatan jalan tidak berguna.
Teknologi V2X sendiri dipredikisi akan digunakan secara luas pada tahun 2025, tapi negara dengan tingkat adopsi rendah seperti Indonesia harus menunggu hingga tahun 2035 untuk mendapat manfaatnya. Padahal, dengan tingkat kecelakaa tinggi, Indonesia peru segera mengadopsi teknologi tersebut. Faktor penting untuk percepatan adopsi teknologi ini adalah kesadaran akan manfaat dan risiko penundaan adopsinya.
Atas permasalahan tersebut, Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) UGM bekerja sama dengan Toyota melakukan penelitian tentang keselamatan lalu lintas dan potensi penerapan teknologi V2X dengan studi kasus di Kota Yogyakarta. Dengan mengundang perwakilan dari tiap Polsek dan Dinas Pehubungan di DIY, PUSTRAL menggelar seminar hasil penelitian tersebut pada Selasa (18/6) pagi di Ruang Seminar PUSTRAL UGM.
Chang-Yi Luo, Ph.D., selaku penyaji, menyimpulkan bahwa karakteristik jalanan dan bagaimana kecelakaan terjadi di Asia, termasuk Kota Yogyakarta, berbeda dengan Eropa, Amerika, dan Jepang. Ia menjelaskan bahwa The future “Connected Car”, atau kendaraan dengan teknologi V2X tadi masih perlu menyesuaikan kondisi jalanan lokal yang berbeda tadi. Namun, ia percaya bahwa teknologi tersebut bisa menyelesaikan masalah lalu lintas di Yogyakarta.
“Oleh karenanya, saya berharap membuka kemungkinan untuk kerja sama dengan dengan DIY untuk masalah ini. Yogyakarta ini akan menjadi awalnya, targetnya adalah untuk diterapkan serempak secara nasional,” ujar peneliti dari Toyota ini.
Kemudian, Chang-Yi memaparkan bahwa Toyota bersama UGM akan menginisiasi proyek keamanan jalan bagi pejalan kaki, utamanya di area sekolah. Proyek ini akan dilaksanakan melalui pendekatan edukasi, penegakan hukum, dan teknis. Pada akhir proyek nantinya akan diberikan rekomendasi dan saran terkait apa yang harus diubah atau diperbaiki. “Kami meminta dukungan dari kalian semua,” tuturnya. (Humas UGM/Hakam)