Rumah Ibu Slamet T tampak ramai pada Minggu (23/6) pagi. Ruang tamu rumah yang berlokasi di Karangwuni, Sleman ini dipenuhi oleh para bapak-bapak dan ibu-ibu anggota Ikatan Kekeluargaan Pengerahan Tenaga Mahasiswa (IKPTM) Komisariat Yogyakarta.
Pertemuan ini merupakan kegiatan rutin tiap dua bulan mereka sekaligus menjadi acara Syawalan karena masih dalam suasana setelah Idul Fitri. Selain itu, dalam pertemuan ini juga dibahas mengenai persiapan pelaksanaan Reuni IKPTM XXI yang akan diselenggarakan pada 5-7 Juli mendatang.
IKPTM sendiri merupakan sebuah organisasi bersifat paguyuban antar keluarga peserta Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yang tak lain adalah cikal bakal KKN yang diselenggarkan oleh universitas-universitas di Indonesia. PTM pertama kali diselenggarakan pada tahun 1951 yang diprakarsai oleh mantan Rektor UGM, Prof. Koesnadi Hardjosoemantri.
Gerakan PTM bertujuan untuk merealisasikan tugas “Mencerdaskan Bangsa” yang tercantum dalam pembukaan UUD. Kala itu, Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan sebenarnya sedang merancangkan gerakan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Namun, rencana tersebut terkendala ketersediaan tenaga pengajar, utamanya di luar Jawa.
Atas dasar hal itu, Prof. Koesnadi, yang kala itu masih mahasiswa, mengusulkan untuk mengerahkan tenaga mahasiswa sebagai tenaga pengajar bantu. Program ini berakhir pada tahun ajaran 1962/1963. Hal itu karena mengingat IKIP telah menghasilkan lulusan dengan jumlah yang memadai.
Setelah program ini selesai, para peserta eks-PTM bersepakat untuk mendirikan IKPTM. Hal itu dengan harapan organisasi ini bisa menjadi wadah untuk melakukan sambung rasa dan sambung pikir antar mereka untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Sekaligus, organisasi ini media untuk menjaga kelangsungan persaudaraan bagi mereka beserta keluarganya.
Akan tetapi, mengingat usia para eks-PTM yang sudah semakin uzur sekarang ini, IKPTM kini diurus oleh putra atau putri mereka. Salah satunya, Endah Pratiwi, Sekretaris IKPTM Komisariat Yogyakarta. Ia menceritakan bahwa sudah sepuluh tahun ini terlibat dalam organisasi ini. Ia merupakan salah seorang putri dari salah seorang peserta PTM.
“Saya bersyukur bisa terlibat organisasi ini karena ayah saya. Walaupun beliau sudah meninggal sekarang, namun saya masih tetap ingin kumpul. Hal itu karena saya terpikat visi yang diemban organsisasi ini dan ingin terus berjuang bersama,” ungkap lulusan Sosiatri FISIPOL UGM ini.
Sampai saat ini, Endah menyebut sudah beberapa program yang dilakukan IKPTM Komisariat Yogyakarta. Salah satunya adalah pembangunan perpustakaan bagi SD di daerah pelosok Yogyakarta. “Untuk saat ini kami mecoba untuk berfokus pengembangan pendidikan,” ujarnya.
Akan tetapi, Endah menyebut keresahan IKPTM sekarang ini masih pada regenerasi, sama seperti sebelum-sebelumnya. Ia menyebut bahwa anak dari eks-PTM banyak, namun yang bersedia turut serta hanya sedikit. Padahal, menurutnya, peran serta mereka dibutuhkan, baik berupa tenaga maupun modal.
“Harapannya, kepedulian kita ini tidak hanya bernostalgia, tapi menghayati betul perjuangan. Dahulu zaman orang tua saya situasi serba terbatas tapi mereka bisa terpanggil. Dengan fasilitas sekarang, harusnya upaya luarannya lebih. Mari bersama kembangkan dan lanjutkan, jangan sampai terputus ikatan kekeluargaan dengan aktifitas yang produktif untuk masyarakat,” ajaknya kepada kawan-kawan seperjuangannya di IKPTM.
Hal tersebut disetujui oleh Dr. Ir. Lestari Rahayu W., MP., Ketua IKPTM Komisariat Yogyakarta. Ia menyebut bahwa ikatan yang menyatukan mereka di ruangan itu adalah karena PTM. Oleh karenanya, sudah seharusnya mereka meneruskan semangat dari orang mereka.
“Orang tua kita bisa mencapai posisi ini juga karena PTM. Tentunya saya juga bisa menjadi seperti sekarang, jadi dosen dan lainnya, juga karena PTM. Jadi, sudah seharusnya saya melanjutkan warisan perjuangan ini,” papar Dosen Fakultas Pertanian UGM ini. (Humas UGM/Hakam)