
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., menandatangani nota kesepahaman antara UGM dengan Universitas Leiden, Kamis (27/6) di Gedung Pusat UGM.
Nota kesepahaman ini memperkuat relasi kerja sama di antara kedua institusi yang telah berlangsung untuk waktu yang lama.
“Sejarah kerja sama antara UGM dan Leiden begitu panjang. Ini kali pertama saya bertemu dengan Rektor, tapi universitas kami sudah tidak asing dengan UGM,” tutur presiden Universitas Leiden, Carel Stolker.
Dalam kesempatan ini, ia memberikan apresiasi kepada UGM yang menyambut baik kerja sama dengan Universitas Leiden di waktu-waktu sebelumnya serta rencana kerja sama yang akan datang.
Hal serupa disampaikan oleh Rektor UGM di dalam sambutannya. Ia menyebut keterkaitan antara UGM dan Universitas Leiden tidak hanya terbangun dari kolaborasi yang dilakukan, tetapi juga dari para alumni yang berkiprah di UGM.
“Banyak anak-anak terbaik dari Indonesia melanjutkan studi mereka di Leiden sehingga saat ini banyak profesor dan dosen senior kami pun berasal dari sana,” ucapnya.
Panut menuturkan, UGM dan Leiden telah menjadi mitra yang setara dan saling mendukung di dalam berbagai bidang keilmuan. Di samping berbagai kolaborasi riset yang telah dilakukaan saat ini, ia berharap pada beberapa tahun ke depan ada lebih banyak riset-riset mutakhir yang bisa dikerjakan secara bersama untuk menghasilkan solusi bagi persoalan yang ada di tengah masyarakat.
“Saya pikir inisiatif riset terkait smart city dan digital society sangat potensial untuk dikembangkan melalui kolaborasi kedua institusi,” imbuhnya.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D., dalam pertemuan ini memaparkan beberapa riset yang telah dan sedang dikerjakan oleh UGM, juga bagaimana riset tersebut berhasil membuat perubahan di tengah masyarakat. Hilirisasi riset dalam bentuk alat-alat kesehatan, misalnya, mampu menggantikan kebutuhan akan beberapa peralatan medis impor sekaligus mengurangi beban biaya bagi pasien.
Dalam diskusi yang berlangsung usai penandatanganan nota kesepahaman, perwakilan dari delegasi Universitas Leiden menyatakan ketertarikan terhadap berbagai program yang dilakukan di UGM, salah satunya program KKN-PPM.
Ika menerangkan bahwa program ini menjadi salah satu perwujudan dari jati diri UGM sebagai universitas kerakyatan. Ia juga menyatakan bahwa peluang kolaborasi di dalam bidang pengabdian masyarakat terbuka lebar bagi para mitra, termasuk Universitas Leiden.
“Setiap tahun kami mengirimkan sekitar tujuh ribu mahasiswa ke seluruh Indonesia. Saya pikir sangat memungkinkan untuk kita juga memiliki kolaborasi di bidang ini karena dampaknya bisa sangat besar bagi masyarakat,” terang Ika. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)