Tiga pengajar sekolah dasar yang berada di lereng Gunung Merapi terpilih mengikuti workshop mitigasi bencana gunung api di Jepang.
Mereka adalah Kepala Sekolah SDN Kepuharjo, Ramelam, Kepala Sekolah SDN Gungan, Yohanes Tukul Jumadi, dan Kepala Sekolah SDN Srunen, Pairan. Ketiganya diundang UGM dan Mt. Fuji Research Institute (MFRI/Institusi Penelitian Gunung Fuji) guna mengikuti pelatihan mitigasi bencana gunung api di Gunung Fuji, Provinsi Yamanashi, Jepang dengan dukungan pendanaan dari JICA
Rombongan yang dikepalai dosen FMIPA UGM, Dr.rer.nat Ade Anggraini, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop di SDN Katsuyama, Kota Kawaguchiko, Provinsi Yamanashi, Jepang pada 26 Juni 2019. Sebelum mengikuti workshop mereka diberikan kesempatan untuk melihat kelas pelajaran muatan lokal tentang Gunung Fuji. Dalam kelas tersebut diajarkan tentang sejarah erupsi dan potensi bahaya yang dimiliki Gunung Fuji dengan menggunakan peta bencana 3D.
Pelajaran tentang Gunung Fuji telah masuk ke dalam kurikulum muatan lokal Kota Kawaguchiko, Provinsi Yamanashi, Jepang. Kurikulum ini disusun untuk SD, SMP yang berada di lereng Gunung Fuji, dimulai dari perkenalan alam gunung Fuji untuk kelas yang lebih rendah, hingga pengenalan bencana dan mitigasi untuk kelas atas.
Ade mengatakan dalam kesempatan itu tiga kepala sekolah SD di lereng Merapi juga berbagi pengalaman erupsi Merapi di tahun 2010 dan erupsi freatik yang terjadi pada 2018 lalu di hadapan seluruh peserta workshop.
“Bagi masyarakat Jepang, pengalaman erupsi Merapi khususnya tahun 2010 yang meluluhlantakan Cangkringan dan pengalaman tahun 2018 erupsi freatik tiba-tiba, tanpa ada peringatan terlebih dahulu menjadi referensi yang sangat besar,” jelasnya dalam rilis yang diterima Selasa (2/7).
Seperti diketahui, erupsi terakhir Gunung Fuji terjadi 312 tahun silam tepatnya di tahun 1707. Oleh sebab itu, masyarakat maupun para ahli vulkanolgi saat ini tidak pernah merasakan erupsi Gunung Fuji. Meskipun demikian, sosialisasi mitigasi bencana gunung api selalu dilakukan setiap tahun di sejumlah sekolah dasar yang berada di lereng Fuji.
“Lewat workshop ini baik SD di Merapi maupun Fuji dapat menanamkan jiwa kebencanaan dan mempersiapkan tindakan mitigasi untuk menghadapi erupsi bisa terjadi kapan saja,” tutupnya. (Humas UGM/Ika)