Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef, mengingatkan bahwa tanah air adalah persepsi politik-mistik tentang satuan geografik dan manusia serta hubungannya. Oleh karena itu dari sudut teoritik, dapat dibedakan 3 bentuk tanah air, yaitu tanah air riil, tanah air formal, dan tanah air mental.
Demikian dijelaskan Rektor UGM Prof. Dr. Sofian Effendi menyitir pendapat Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef saat menyampaikan sambutan dihadapan 1024 wisudawan/wisudawati program sarjana dan para tamu undangan hari Kamis (18/5) di Grha Sabha Pramana.
Dikatakannya, tanah air riil adalah bumi tempat sekelompok manusia dilahirkan dan dibesarkan. Tempat mereka bersuka dan berduka. Tempat menjalani pengalaman bersama.
Yang kedua menurut Pak Sofian berupa tanah air formal yaitu negara bangsa bernama Negara Republik Indonesia yang berundang-undang dasar, dimana kita, manusia Indonesia menjadi salah satu warganya yang ikut menyusun UU, menetapkan hukum dan peraturan, mengatur dan memberikan hak serta kewajiban, memberikan perlindungan dan hukuman.
“Ketiga adalah tanah air mental yang tidak bersifat fisik dan territorial, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tanah air ini lebih berupa imaji yang dibentuk dengan ideologi, gagasan atau cita-cita seperti yang dilakukan oleh para pemuda dari berbagai daerah dalam Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 1928â€, ungkap Pak Sofian.
Lebih lanjut dijelaskan, tanah air riil seperti yang dialami dalam kehidupan sehari, tempat dimana kita dilahirkan, dibesarkan, bersekolah, bekerja, mencapai kemakmuran kolektif. “Namun, disamping memberi manfaat, karena kemajemukan bangsa Indonesia, tanah air riil ini secara alami juga merupakan sumber bencana, tempat terjadinya perpecahan, permusuhan, dan segala bentuk penderitaan, yang dapat menjadi ancamanâ€, tandas dosen Fisipol UGM.
Oleh karena itu Pak Rektor memberikan tekanan, bila dalam perjalanan bangsa Indonesia ke depan perlu untuk diperhatikan adalah tanah air formal dan tanah air mental. Kekuatan-kekuatan luar yang ingin memecah belah tanah air riil tersebut, harus menyadari betul bahwa bangsa Indonesia akan tetap kuat jika terdapat konvergensi antara tanah air riil, tanah air formal dan tanah air mental. “Oleh karena itu konvergensi hanya dapat direkat dan disatukan tiga kekuatan yaitu semangat nasionalisme, Ideologi Pancasila dan UUD 1945â€, tegas Pak Sofian dalam sambutannya.
Dalam upacara wisuda kali ini, Rektor memberikan pujian kepada Reza Mohamad Rivai, lulusan Fakultas Ilmu Budaya yang berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun 5 bulan 13 hari dan Regina Kusuma Mutti lulusan Fakultas Psikologi yang berhasil meraih gelar sarjana pada usia belum genap 20 tahun 7 bulan 1 hari. Sedangkan pujian lulusan predikat cumlaude diberikan kepada 125 sarjana, terdiri atas 35 orang wisudawan dan 90 wisudawati. “kali ini prestasi tertinggi Program Sarjana diraih oleh Reni Prasetyaningrum dari Fakultas Isipol dengan IP 3,88. Mari kita beri tepuk tangan meriah untuk Reniâ€, ujar Rektor bangga sekaligus mengajak semua hadirin bertepuk tangan (Humas UGM).