Sekelompok mahasiswa UGM menyulap limbah sabut kelapa menjadi kerajinan yang bernilai tinggi.
Potensi kelapa di Dusun Kalibiru, Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta yang melimpah melahirkan ide para mahasiswa ini untuk membuat cindera mata berbahan limbah sabut kelapa. Sebab, limbah sabut kelapa selama ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh warga.
“Kebanyakan limbah sabut kelapa hanya dibuang maupun dibakar saja,” tutur Mega Putri Pranatasari, mahasiswa FIB UGM, Kamis (4/7) di kampus setempat.
Dusun Kalibiru memiliki potensi kelapa yang sangat besar. Dalam setiap pekarangan warga terdapat setidaknya 8 hingga 20 pohon kelapa yang mampu menghasilkan 400 buah kelapa sekali panen.
Melihat kondisi itu dia bersama dengan temannya dari FIB yaitu Akhmad Khanif, Yola Ninda Dwi Woro Dyah Sehnur, Arkan Syafera, serta Nailia Ziyada Rahma dari Fakultas Teknik berinisatif melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kalibiru. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M), mereka melakukan pendampingan dan pelatihan terkait pengolahan limbah sabut kelapa menjadi serabut kelapa (coco fiber) sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan khas daerah tersebut.
“Kita juga berikan pelatihan pengemasan produk, pemasaran, hingga pembukuan akuntansi,”ungkapnya.
Program pemberdayaan yang dilakukan ini menghasilkan sejumlah kerajianan tangan yang berniali ekonomis. Namun, terdapat tiga produk unggulan, yaitu Coco-Lurik Bag, Coco-Lurik Keychain, dan Coco-Lurik Aromatherapy Doll.
“Ketiga produk ini memanfaatkan bahan sabut kelapa dan kain lurik sebagai hiasan pada setiap produk sekaligus sebagai bentuk pelestarian budaya,” tambah Akhmad.
Dia berharap dengan adanya program Coco-Lurik ini tidak hanya dapat membantu optimalisasi limbah sabut kelapa dan pengembangan Desa Wisata Kalibiru. Namun, juga meningkatkan kesejahteraan warga Dusun Kalibiru.(Humas UGM/Ika)