Dosen Fakultas Teknik UGM, Dr. Ahmad Agus Setiawan, terpilih sebagai salah satu penerima ASEAN Science and Technology (S&T) Fellowship tahun 2018/2019.
Satu tahun semenjak menerima fellowship tersebut tahun 2018 silam, ia telah mengerjakan berbagai proyek dan kegiatan untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia.
“Untuk fellowship saya di ASEAN Science & Technology, saya bekerja berdampingan dengan Kementerian Ristekdikti pada area prioritas energi terbarukan di Indonesia,” tuturnya.
Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika ini terpilih menerima fellowship dari The ASEAN Foundation bersama dengan 16 ilmuwan lainnya di wilayah ASEAN. Beberapa diantaranya dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam dan Brunei Darussalam.
Ia dipilih berkat rekam jejak capaian dan potensi yang ia miliki untuk memajukan pembuatan kebijakan berbasis sains di ASEAN. Saat ini, ia turut berkontribusi di dalam formulasi rancangan peraturan pemerintah tentang energi terbarukan di Provinsi DIY.
Selama menjadi fellow dalam ASEAN Science and Technology 2018/19, ia melakukan berbagai studi untuk mendefinisi serta mengevaluasi kebijakan energi nasional untuk mendukung pembangunan energi terbarukan di Indonesia serta untuk target pemerataan kelistrikan nasional menggunakan energi terbarukan ke seluruh penjuru Indonesia.
Selain terlibat aktif dalam kelompok kerja program kemandirian energi LPPM UGM, ia juga terlibat dalam proyek pembangunan sistem energi hibrid untuk pulau terluar Marampit melalui kerja sama dengan Kementerian Ristek Dikti.
“Saya bekerja bersama semua level teknokrat dan birokrat sektor energi di Indonesia dan ASEAN,” imbuhnya.
Ia memaparkan dirinya mendapatkan banyak kesempatan untuk bertemu sekaligus berdiskusi dengan berbagai aktor kunci serta mengadakan focus group discussion (FGD), misalnya dalam FGD on Mapping of Research & Development on Renewable Energy Technologies and Policies in ASEAN di Singapura, telekonferensi, workshop, serta pelatihan terkait isu energi terbarukan, salah satunya sebagai instruktur dalam Training on 1,000 Island – Renewable Energy for Electrification Programme (REEP) yang diselenggarakan oleh GIZ GmbH Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit.
“Saya mendapat kesempatan untuk mendiskusikan isu-isu terkait energi terbarukan Indonesia untuk tahun 2045. Program ini menyajikan hasil penelitian pada fase sebelumnya serta rencana kolaborasi penelitian lebih lanjut,” terangnya.
Agus merupakan pakar Sistem dan Perencanaan Energi Terbarukan UGM. Spesialis energi bersih untuk Bank Dunia dalam proyek peningkatan energi di Kementrian ESDM untuk kebijakan energi nasional. Ia mengatakan The ASEAN S&T Fellowship memberikan kesempatan bagi para ilmuwan muda dari negara-negara anggota ASEAN untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan analitis mereka untuk menyelesaikan tantangan kebijakan publik.
“Di sini kami diharapkan bisa mendorong para pembuat kebijakan untuk menggunakan lebih banyak pendekatan berbasis sains dalam pembuatan kebijakan dan keputusan,”tutur pria yang pernah menerima Habibie Award 2014 dan Australian Alumni Award 2011 for Sustainable Economic and Social Development ini. (Humas UGM/Gloria)