Sebanyak 23 mahasiswa asing dari berbagai negara mengikuti Summer Course di Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Summer Course bertema Lifestyle, Gastronomy, Culture and Tourism berlangsung selama 10 hari, 15 – 25 Juli 2019, diisi berbagai kegiatan, diantaranya pameran makanan, fieldtrip, dan display journey of Jogjakarta Gastronomi.
Digelar pula talkshow dengan menghadirkan tiga pembicara dari UGM, yaitu Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian dan Dekan Fakultas Kehutanan. Selain itu, dilakukan pula diskusi mengangkat tema pangan dengan menghadirkan 19 pembicara dari dalam dan luar negeri terutama dari Asean, seperti dari Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura, Belgia, Indonesia, dan Spanyol.
“Ini adalah second summer course, bertema food and lifestyle dilihat dari berbagai perspektif, yaitu perspektif food technology, gastronomi, tourism and health. Animo peserta sangat bagus dan mereka dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia,” ujar Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc, di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Senin (15/7).
Mengangkat tema pangan, kata Eni Harmayani, pangan memiliki perspektif yang luar biasa dengan fungsinya yang bermacam-macam. Sementara itu, Indonesia memiliki kekayaan itu dengan sekian ribu jenis makanan tradisional yang perlu diangkat.
“Pada summer course yang pertama memang sudah disepakati Indonesia ini sebagai pusat dari makanan nusantara. Dari Malaysia, Thailand dan lain-lain menghendaki kita ini menjadi pusat dari makanan nusantara karena kita yang paling kaya untuk makanan-makanan, tapi belum diangkat menjadi sesuatu yang memiliki perspektif bermacam-macam, baik secara ekonomi, social, budaya, teknologi dan lain-lain,” katanya.
Eni menututurkan untuk display journey of Jogjakarta Gastronomi berisi tentang makanan-makanan yang terkait dengan budaya yang ada di Yogjakarta. Dalam kegiatan ini digelar pula displai makanan, mulai dari yang untuk acara-acara budaya hingga makanan untuk acara kekinian dan pengembangannya.
Eni berharap dengan kegiatan semacam ini akan terjadi cross culture sehingga mahasiswa-mahasiswa asing akan menjadi tahu aneka makanan nusantara. Mereka pun mendapatkan tugas-tugas untuk menampilkan makanan yang khas dari negaranya.
“Ada juga kegiatan yang digelar di Nglanggeran, bagaimana belajar soal coklat untuk makanan, mereka belajar bagaimana petani menanam. Jadi, bagaimana nantinya makanan tradisional bisa diangkat untuk berbagai perspektif,” harap Dekan FTP UGM. (Humas UGM/ Agung)