Bawang putih merupakan bahan alam yang sering digunakan sebagai alternatif pengobatan darah tinggi atau hipertensi. Tanaman ini mengandung lebih dari 200 komponen kimia, salah satunya adalah allicin yang berfungsi menurunkan tekanan darah.
Kendati begitu, penggunaan bawang putih sebagai anti hipertensi tidak disarankan bagi wanita hamil. Pasalnya, senyawa allicin memiliki mekanisme penurunan tekanan darah yang sama seperti obat hipertensi golongan ACE Inhibitor.
“Obat golongan ACE Inhibitor ini sangat berbahaya jika dikonsumsi ibu hamil karena mempunyai efek tetragonik pada janin. Hal ini berpotensi menginduksi kegagalan pertumbuhan janin, kelainan, perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio,” papar Natania Ayu Sandy, mahasiswa Fakultas Farmasi UGM, Rabu (17/7) di UGM.
Fakta tersebut didapat dari hasil penelitian yang dilakukannya bersama dengan Theresia Shinta W (Fakultas Farmasi) dan Dion Adiriesta Dewananda (Fakultas Kedokteran Hewan). Mereka melakukan penelitian terhadap hewan coba yakni tikus yang dikawinkan dan diberi perlakuan ekstrak bawang putih selama 14 hari. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan yang mengarah kepada efek teratogenik.
Natania menjelaskan hasil itu diperoleh setelah dilakukan pengamatan secara makropatologi, rontgen, dan scanning electron microscope untuk mengonfirmasi terjadinya efek teratogenik. “Hasilnya diketahui penggunaan ekstrak bawang putih sebagai anti hipertensi ketika dikonsumi oleh ibu hamil menyebabkan risiko yang buruk pada janin. Namun, kedepan masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendukung penelitian ini,” tuturnya.
Penelitian ketiga mahasiswa muda ini dilakukan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) UGM 2019 yang didanai oleh Kemenristekdikti. (Humas UGM/Ika)