Segala bentuk simpati masyarakat tertuju ke Yogya. Seperti yang dilakukan Posko UGM Peduli. Situasi pasca gempa tektonik (27/5) di wilayah Yogyakarta dan Jateng nampaknya semakin membutuhkan penanganan yang serius. Disamping evakuasi korban meninggal, banyak dari mereka yang selamat membutuhkan obat-obatan, logistik, tenda dan tenaga medis.
Dari kunjungan yang dilakukan Rektor UGM dan rombongan ke Posko UGM Peduli di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul hari Senin (29/5), terlihat banyak korban gempa yang meminta layanan pengobatan dan memanfaatkan fasilitas layanan medis dari UGM. Selain meninjau lokasi gempa, Prof. Sofian Effendi dan rombongan berkesempatan memberikan 2500 nasi bungkus. Nampaknya, upaya semacam ini akan
terus dilakukan UGM dalam mensikapi masa tanggap darurat.
“Program tanggap darurat dikonsentrasikan di desa Trimulyo, Jetis dengan tiga program utama, yaitu program bantuan medis, program bantuan logistik dan program penampungan sementara pengungsiâ€, ujar Prof. Dr. Agus Dwiyanto.
Dijelaskan Agus Dwiyanto, untuk program bantuan medis, UGM bersama GMC Health Center dan Fakultas Kedokteran akan menjadi koordinator tim-tim medis dari beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Sementara itu program bantuan logistik, UGM membuka dapur umum di 4 lokasi di desa Trimulyo. Selain terpal, ditempat-tempat ini disediakan pula selimut dan tenda.
“Program penempungan sementara pengungsi, maka 200 mahasiswa Fakultas Teknik sudah mengidentifikasi semua bangunan yang terkena gempa. Identifikasi ini dilakukan untuk mengklasifikasikan bangunan-bangunan yang harus dihancurkan, yang dapat dibangun kembali, atau yang direhabilitasi kecilâ€, lanjut dosen Fisipol UGM.
Berbagai upaya dilakukan UGM untuk meringankan korban gempa. Diantaranya mendirikan Posko UGM di Bulaksumur A11. Pendirian ini dimaksudkan untuk mengkoordinasikan semua bentuk bantuan UGM. Dari posko yang dimotori BEM KM UGM,Resimen Mahasiswa dan Pecinta Alam ini, telah terkirim 400 mahasiswa yang disebar di lokasi bencana. “Jika sangat diperlukan, UGM nantinya sanggup memobilisasi tenaga mahasiswa hingga 5000 orangâ€, sambung Pak Agus.
Sementara itu, kebijakan UGM yang bertalian dengan bentuk kepedulian adalah penundaan pelaksanaan kuliah dan ujian selama 1 minggu. “Kuliah yang masih berlangsung akan dianggap selesai. Sementara, bagi mata kuliah yang relevan dengan situasi, ujian dapat dilakukan atau digantikan dengan bekerja menjadi relawan pada lokasi bencana. Seperti KKN atau praktikumâ€, ungkap Prof. Dr. Sofian Effendi Rektor UGM (Humas UGM).