Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM membuka penyelenggaraan Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia ke-7 (ISJAI) pada Selasa (23/7) pagi di Auditorium Lantai 7 Gedung Soegondo FIB UGM. Kegiatan ini akan berlangsung dari 23-26 Juli 2019.
ISJAI merupakan simposium yang diinisiasi Jurnal Antropologi Indonesia dari Departemen Antropologi Universitas Indonesia dan pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000. Namun, dengan tujuan untuk menyebar dan membagikan pengetahuan serta pengalaman, penyelenggaraannya selalu berpindah di universitas-universitas lain Indonesia. Oleh karena itu, untuk tahun ini Antropologi UGM ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan.
Rangkaian acara dari ISJAI ke-7 ini dimulai dengan pembukaan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dan Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met. Acara dilanjutkan dengan pidato dari Sultan Hamengku Buwono X yang dibacakan oleh Gatot Saptadi, Sekretaris Daerah Provinsi DIY.
ISJAI kali ini tidak seperti sebelumnya yang memiliki tema-tema khusus untuk diangkat. Penyelenggaraan simposium tahun ini mencoba merefleksikan kontribusi komunitas antropologi dalam menyelesaikan permasalahan diisintegrasi nasional.
Hal itu tercermin dalam pidato dari dua keynote speech pada pagi itu, yakni Prof. Webb Keane, asal University of Michigan, dan Prof. Irwan Abdullah, dari UGM. Keduanya mengangkat tema disintegrasi dalam negara yang hampir serupa, tapi dibahas dengan sudut pandang berbeda.
Prof. Webb membahas dimensi etik dari konfik politik dan relasi sistem nilai etika, agama, serta ekonomi. Sementara Prof. Irwan membahas tentang munculnya sekterianisme, gagalnya multikulturalisme, dan masa depan nation state. Sebagai guru besar dari Antropologi UGM, Prof. Irwan juga menyoroti bagaimana ilmu politik dan antropologi dalam menyelesaikan permasalahan humanitarian tadi.
Selain dari pidato para pembicara utama, topik tadi juga dibahas dalam forum panel yang akan dilaksanakan secara rutin dari 23-26 Juli. Sebanyak 180 paper akan dipresentasikan dalam forum panel tersebut selama 4 hari itu.
Di samping simposium, acara tahun ini juga disertai dengan Festival Adat Istiadat dan Seni Budaya. Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali kebudayaan tradisional Indonesia kepada publik, khususnya peserta simposium yang berasal dari berbagai negara. Berbagai penampilan kebudayaan, dari makanan, tarian, hingga musik tradisional akan dipertunjukkan. Festival ini akan berlangsung beriringan dengan pelaksanaan simposium. (Humas UGM/Hakam)