Pusat Keamanan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (PK4L) Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Startup besutan mahasiswa meluncurkan aplikasi Bantu dalam rangka menjamin keamanan dan keselamatan sivitas akademika serta masyarakat yang berada di lingkungan UGM.
Bantu merupakan aplikasi layanan kedaruratan yang berfungsi untuk menghubungkan pengguna yang sedang mengalami keadaan darurat dengan petugas PK4L terdekat secara realtime berbasis GPS.
“Pengguna tinggal melakukan order sesuai dengan keadaan darurat yang dialami, secara otomatis sistemnya akan menghubungkan dengan petugas atau hero yang terdekat,” tutur Ghilman Nafadza Hakim.
Aplikasi Bantu memiliki 4 layanan utama, yakni layanan keamanan, medis, pemadam kebakaran, dan otomotif. Dalam penggunaannya, layanan keamanan dan pemadam kebakaran akan dilayani langsung oleh petugas PK4L, sedangkan untuk layanan medis dan layanan otomotif, penanganan awal dilakukan oleh petugas PK4L yang kemudian akan merujuk pada rumah sakit atau bengkel terdekat apabila dibutuhkan.
Untuk menggunakan Bantu, sivitas akademika atau masyarakat hanya perlu mengunduh aplikasi dari playstore ataupun appstore, melakukan login menggunakan akun Gmail atau Facebook serta memasukan nomor telepon genggam yang akan dikirimi kode OTP.
Saat mengalami kondisi kedaruratan, pengguna bisa langsung memilih layanan yang dibutuhkan, mengisi deskripsi kejadian dan melampirkan foto kejadian, kemudian mengirim laporan tersebut dan menunggu hingga sistem menemukan hero terdekat dari lokasi kejadian.
“Apabila laporan telah diterima hero maka pengguna dapat mengirim pesan ke hero atau meneleponnya serta pengguna dapat mengetahui posisi realtime hero,” terang Alumni Fakultas Filsafat ini.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng, IPU., mengapresiasi aplikasi yang dikembangkan oleh para mahasiswa UGM ini. Aplikasi ini, ujarnya, menjadi salah satu sarana yang mendukung upaya UGM untuk meningkatkan rasa aman serta produktivitas kerja di lingkungan UGM.
“Saya sangat bangga dengan kreativitas anak-anak kita. Dengan sistem ini, pelaporan terkait hal-hal yang buruk di lingkungan UGM bisa dilaksanakan dengan cepat dan responsnya bisa dilaksanakan dengan tepat,” ucapnya.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala PK4L UGM, Arif Nurcahyo. Baginya, keberadaan aplikasi Bantu mampu melengkapi dan mempercepat kerja para petugas keamanan yang sudah dijalankan dengan baik selama ini. Ia menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan para mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada petugas PK4L agar dapat memanfaatkan aplikasi ini dan mengoptimalkan layanan kedaruratan bagi sivitas akademika dan masyarakat di sekitar wilayah UGM.
“UGM sebagai ruang publik juga menampung banyak masyarakat yang sehari-hari beraktivitas di sini. Dengan adanya teknologi, kami tentu jadi lebih bersemangat,” ujarnya.
Bantu merupakan startup jebolan dari inkubasi Creative Hub FISIPOL UGM. Aplikasi yang mulai dikembangkan secara serius pada Februari silam dikerjakan secara bersama oleh Ghilman, Syahrul Mubarog, Stanley Heryanto, Aunisha Firdausy Rafi, Winston Wiradi Pangestu, Yusuf Yudhistira, Anfre, Endy Arfian, serta Umma Amalia.
Saat ini, layanan kedaruratan melalui aplikasi ini hanya menjangkau wilayah sekitar kampus UGM. Selain 4 layanan utama tersebut, aplikasi Bantu juga memiliki fitur pendukung, yakni nomor kedaruratan untuk wilayah DIY, berita sekitar UGM, dan Lost and Found. (Humas UGM/Gloria; Foto: Firsto)