• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Romo Magnis: Radikalisme dan Eksklusivisme Tantangan Kebangsaan Indonesia

Romo Magnis: Radikalisme dan Eksklusivisme Tantangan Kebangsaan Indonesia

  • 26 Juli 2019, 15:57 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 5866
Romo Magnis: Radikalisme dan Eksklusivisme Tantangan Kebangsaan Kita

Rohaniwan, Franz Magnis Suseno, atau akrab disapa Romo Magnis mengatakan radikalisme dan eksklusivisme bagian dari tantangan Pancasila untuk mengakomodasi kebangsaan. Meski Pancasila sudah diterima sebagai bagian dari identitas kebangsaan.  “Kita sekarang menghadapi radikalisme yang tidak menerima Pancasila dan beragama tapi eksklusif, hanya aku yang lain tidak, yang lain jadi nomor dua dan tiga,” kata Romo Magnis dalam Seminar Nasional yang bertajuk “Ketahanan Moral dan Budaya Bangsa: Bela Negara dan Pencegahan Radikalisme di Kampus”, Jumat (26/7) di ruang seminar Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM.

Seminar dalam rangkaian kegiatam Lustrum UGM ke-14 ini menghadirkan pembicara lainnya, seperti Wakil Ketua Umum PBNU, Mochammad Maksum, dan Anggota Lembaga Dakwah PP Muhammadiyah, Dr. Zuly Qodir, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, Prof. Ir. Ismunandar, Dirjen Potensi Pertahanan, Kemhan RI, Prof. Dr. Bondan Tiara Sofyan, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Teroisme BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, dan pengamat terorisme, Nasir Abbas.

Soal terorisme dan radikalisme, Romo Magnis mengaku prihatin paham tersebut menyebar ke banyak negara sekarang ini. Apalagi, pelaku bom bunuh diri di Filipina adalah sepasang suami istri dari Indonesia yang diketahui baru saja kembali dari perang Siria. Untuk mengantisipasi hal serupa dan melakukan deradikalisasi ini ia berpendapat kehadiran negara dan pemimpin agama sangat menentukan. “Kita bisa sepakati bahwa keagamaan harus dirasakan secara positif, pemimpin agama harus mampu meyakinkan umatnya bahwa agama tidak pernah mengajarkan kekerasan,” katanya.

Meski radikalisme dan ekslusivisme dalam beragama menjadi bagian tantangan Indonesia dalam mewujudkan proses akomodasi kebangsaan, menurut Romo Magnis Indonesia sangat beruntung karena pasca reformasi 1998 tidak terjadi perpecahan seperti yang dialami Mesir saat ini yang berakhir dengan kudeta militer. “Mesir mengalami seperti Indonesia tahun 1998, hanya ingin mewujudkan UU Dasar yang bisa diterima semua pihak, berakhir dengan kudeta militer, sekarang Mesir terpecah pro dan kontra, tapi Indonesia maju,” katanya.

Dalam kesempatan itu, ia mengapresiasi sahabatnya yang jadi politisi seperti Amien Rais, Gus Dur dan Akbar Tanjung di kala itu membawa Indonesia menjadi demokratis. “Tidak menjadi negara agama tapi atas dasar Pancasila,” ungkapnya.

Wakil Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, mengatakan agama Islam mengajarkan umatnya untuk hidup toleran dengan agama lain. Soal negara Pancasila, Maksum menegaskan seluruh komponen bangsa sudah sepakat bahwa Indonesia sebagai negara ‘kesepakatan’ menaungi seluruh etnis, agama dan budaya.

Sementara itu, Dr. Zuly Qodir mengatakan Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan berpandangan bahwa negara Pancasila menjadi keputusan seluruh elemen bangsa. “Jika ingin mengganti Pancasila sama saja ingin membubarkan negara ini,” katanya.

Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan RI, Pof. Bondan Tiara Sofyan, mengatakan tidak ada agama apapun yang mengajarkan terorisme dan radikalisme. Namun, menurutnya pengajaran terorisme dan radikalisme saat ini masuk lewat kampus dan sekolah sehingga generasi muda perlu dilindungi agar tidak terpapar oleh paham ini. Ia mengutip salah satu hasil survei yang menyebutkan bahwa sekitar 19,4 persen ASN tidak setuju dengan ideologi Pancasila dan 23,4 persen mahasiswa setuju dengan jihad untuk menegakkan negara Islam.

Paham radikalisme ini, menurut Tiara, masuk melalui kegiatan mentoring di kampus dan sekolah-sekolah. “Para mentornya diokupasi dengan pemahaman agama yang tidak betul,” ungkapnya.

Meski organisasi HTI sudah dilarang di Indonesia, menurutnya tidak serta menghentikan kegiatan penyebaran paham mereka.”HTI sudah dilarang di 21 negara, namun bisa saja menjelma berbagai bentuk yang kita tidak ketahui,” paparnya.

Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, Prof. Ir Ismunandar, mengatakan pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan penguatan pembinaan ideologi Pancasila dalam berbagai kegiatan pendidikan dan kemahasiswaan.”Salah satunya melalui penguatan mata kuliah agama yang berkualitas dengan nuansa anti radikalisme dan terorisme. Kita ingin menguatkan mahasiswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • UGM Menganugerahkan Philosophy Award kepada Franz Magnis-Suseno

    Monday,23 October 2017 - 7:57
  • Toleransi di Indonesia Jauh Lebih Baik

    Wednesday,08 December 2010 - 14:54
  • Kuliah Umum Filsafat Ilmu dan Etika Teknologi bersama Franz Magnis Suseno

    Wednesday,16 August 2017 - 13:27
  • Pengamat UGM: Negara Harus Radikal Melawan Radikalisme

    Thursday,24 May 2012 - 15:07
  • Misa Syukur Mahasiswa UGM Mengawali Tahun Akademik 2022/ 2023

    Monday,05 September 2022 - 11:39

Rilis Berita

  • RSA UGM Terima Penghargaan PPKM Award dari Menkes 02 June 2023
    Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM terus berkomitmen tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan
    Gusti
  • Universitas Gadjah Mada di Top 50 Dunia pada THE Impact Rankings 2023 01 June 2023
    Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam jajaran 50 perguruan tinggi terbaik dunia yang memberik
    Satria
  • Minim, Pemda Yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target 01 June 2023
    Percepatan industri telah menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Salah satu isu yang banyak dip
    Satria
  • Rektor UGM: Hari Lahir Pancasila Jadi Momentum Refleksikan Nilai Luhur Pancasila 01 June 2023
    UGM melaksanakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6) di halaman Balairung UGM. U
    Ika
  • Berharap Pemilu Aman Tanpa Residu Polarisasi dan Konflik Sosial 31 May 2023
    Keinginan presiden memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual