
Suasana duka kembali menyelimuti Universitas Gadjah Mada. Pakar Ilmu Kimia Organik, Prof. Dr. Hardjono Sastroamidjojo, meninggal dunia, Senin (29/7). Guru Besar Emeritus FMIPA UGM ini merupakan salah satu putra terbaik yang dimiliki UGM dan bangsa Indonesia.
Memimpin upacara pelepasan di Balairung UGM, Sekretaris Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat, M.Ec., mengatakan Prof. Dr. Hardjono Sastroamidjojo sebagai ilmuwan yang tekun dalam mengembangkan ilmu, terutama bidang ilmu kimia organik. Sedemikian tekun di bidang ilmunya, saat pengukuhan guru besar tanggal 7 September 1996, almarhum menyampaikan pidato berjudul “Peranan Kimia Minyak Atsiri Dalam Pembangunan”.
“Dalam pidato tersebut, almarhum Prof. Hardjono mengatakan jika sebelum Perang Dunia II hingga saat ini Indonesia merupakan penghasil minyak atsiri terbesar di dunia, sayang masih sedikit perhatian untuk memproses bahan dasar minyak atisiri menjadi produk yang memiliki nilai tambah,” ucap Gunawan Sumo, di Balairung, Selasa (30/7).
Ironisnya, Indonesia mengekspor bahan dasar minyak atsiri, namun kemudian mengimpor produk olahan minyak atsiri dari negara-negara pengimpor. Kondisi yang ironis ini masih terus berlangsung hingga kini.
Padahal, nilai impor minyak atsiri dan kosmetik wewangian domestik selalu lebih besar dari nilai ekspor minyak atsiri. Pada periode 2011 hingga 2015, nilai impor bernilai di kisaran 750 juta dolar hingga 1,1 miliar dolar. Kemudian pada tahun 2015, Indonesia harus mengimpor 962 juta dolar, tapi nilai ekspor komoditas ini hanya 637 juta dolar.
“Di sinilah kata almarhum ilmu kimia dapat berperan agar apa yang dihasilkan oleh bumi kita dapat diolah dan memiliki nilai tambah. Khusus untuk pengolahan minyak atsiri,” katanya.
Sebagai langkah nyata, Laboratorium Kimia Organik, FMIPA UGM telah mulai mengenalkan bidang studi dan penelitian yang disebut Kimia Bahan Alam dengan pengkhususan minyak atsiri, dan dalam pidato pengukuhan tersebut Prof. Dr. Hardjono Sastroamidjojo menjelaskan aktivitas yang dilakukan dalam pemrosesan minyak atsiri.
Upaya seperti dilakukan Prof. Dr. Hardjono Sastroamidjojo inilah, kata Gunawan Sumodiningrat, yang harus terus diteladani. Almarhum mengabdikan ilmu pengetahuannya untuk bangsa dan negara dengan cara menghilirkan hasil penelitian agar tidak hanya berhenti di laboratorium atau perpustakaan, namun juga agar dapat menghadirkan nilai tambah yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
“Almarhum Prof. Hardjono Sastroamidjojo adalah salah satu pakar dan putra terbaik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia terutama dalam Ilmu Kimia Organik. Kepakarannya dituangkan dalam buku-buku mengenai kimia dasar, kimia organik, dan kimia minyak atsiri. Melalui buku-buku inilah ilmu yang dimiliki dapat terus diwariskan kepada generasi penerusnya. Sekali lagi Prof. Dr. Hardjono Satroamidjojo telah memberikan teladan bagi banyak pendidik sehingga para pendidik diharapkan terus berkarya agar dapat mewariskan ilmu pengetahuan kepada generasi penerus,” tuturnya.
Dekan Fakultas FMIPA UGM, Prof. Dr. Triyono, S.U., menambahkan almarhum merupakan teladan bagi teman sejawat, dosen muda dan mahasiswa di FMIPA UGM. Banyak buku-buku karyanya yang sangat bermanfaat dan menjadi panduan dosen dan mahasiswa.
“Prof. Hardjono Sastroamidjojo merupakan Guru Besar Emeritus satu-satunya di FMIPA UGM,” imbuhnya. (Humas UGM/ Agung; foto : Firsto)